Search This Blog

PEMILIHAN TANPA SYARAT (Unconditional Election)

Posted by David Budiono Labels:

I. ARTI DARI PEMILIHAN ILAHI
A. Penetapan sejak semula (foreordination)
Penetapan sejak semula berarti rencana Allah yang berdaulat, yang dengannya Allah menetapkan semua yang akan terjadi di seluruh alam semesta ini. Tidak ada satu halpun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan. Allah berada di balik segala sesuatu. Ia memutuskan dan menyebabkan semua peristiwa yang terjadi. Allah tidak duduk diam sambil bertanya-tanya dan mungkin juga merasa cemas mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya. Tidak! Sejak semula Allah telah menetapkan segala sesuatu “menurut keputusan kehendakNya” (Efesus 1:11); gerakan sebuah jari, detak jantung, tawa ceria seorang gadis kecil, kesalahan seorang juru ketik – bahkan dosa (Lihatlah Kejadian 45:5-8; Kisah Para Rasul 4:27-28).

Untuk lebih jelas menyatakan kedaulatan Allah, perlu dinyatakan bahwa segala sesuatu telah ditetapkan Allah terlebih dahulu. Bukan saja Allah mahakuasa, sehingga bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca (Yesaya 40:15); tetapi Ia juga “di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya” (Efesus 1:11). Bahkan Allah juga telah menetapkan terlebih dahulu adanya dosa. Bila dosa berada di luar rencana Allah, maka ini berarti tidak ada satupun peristiwa penting dalam kehidupan ini yang berada di dalam pemerintahan Allah. Karena tindakan manakah dari manusia yang benar-benar baik? Dengan demikian, seluruh sejarah : kejatuhan Adam, penyaliban Kristus, penaklukan kekaisaran Romawi, Reformasi, Revolusi Perancis, Revolusi Amerika, perang saudara di Amerika, Perang Dunia I dan II, pembunuhan-pembunuhan Presiden, kekejaman rasial, berada di luar apa yang telah Allah tetapkan sejak semula?

Ada 2 peristiwa di dalam Alkitab yang dengan jelas mengajarkan bahwa segala sesuatu, termasuk dosa, ditetapkan Allah : penjualan Yusuf oleh saudara-saudaranya dan penyaliban Yesus.

Pada peristiwa pertama, perhatikan dosa yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf. Mereka membenci Yusuf, melemparkan dia ke dalam sebuah sumur, menjual sebagi budak, dan berbohong kepada ayah mereka dengan memperlihatkan jubah Yusuf yang sudah dicelupkan ke dalam darah binatang. Allah turut campur tangan secara nyata di dalam tindakan saudara-saudara Yusuf. Allah memastikan bahwa umat pilihanNya di Israel mempunyai sahabat istimewa di Mesir yang dapat menolong mereka di masa kekeringan dan kelaparan. Karena dari umat pilihan ini akan lahir Juruselamat dunia. Allah tidak akan membiarkan peristiwa itu terjadi secara kebetulan. Dengan demikian, maka Allah juga telah menetapkan sejak semula dosa yang dilakukan saudara-saudara Yusuf : “Bukanlah kamu, tetapi Allah” (Kejadian 45:8); “Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” (Kejadian 50:20).

Contoh kedua yang jelas dari ketetapan Allah sejak semula perihal dosa adalah peristiwa penyaliban Kristus. Dosa yang dilakukan dalam peristiwa ini adalah dosa yang paling keji karena mewakili seluruh kebencian manusia terhadap Allah. Meskipun demikian, dosa ini juga ditetapkan Allah. Allah tidak akan membiarkan kematian AnakNya – juga keselamatan umatNya bergantung pada kehendak manusia berdosa. Seandainya Yudas dan para pemimpin bangsa Yahudi mengalami perubahan hati dan memutuskan untuk tidak menyalibkan Yesus. Seandainya Yesus hidup di dunia sampai usia tua dan mati secara wajar atau tidak pernah mati. Maka tidak akan ada penebusan dosa dan tidak ada sorga. Maka rencana pemilihan dan penyelamatan yang telah Allah tetapkan akan terhalang.

Allah tidak akan membiarkan keselamatan manusia bergantung pada keadaan. Maka, seperti yang dikatakan oleh Petrus pada hari Pentakosta, Yesus “diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya” (Kisah Para Rasul 2:23). Ketika berbicara tentang kematian Yesus; Herodes, Pontius Pilatus, bangsa-bangsa non Yahudi dan bangsa-bangsa Yahudi telah berkumpul “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula” (Kisah Para Rasul 4:28). Dengan kata lain, dosa juga ditetapkan oleh Allah. Karena itu, sekali lagi dengan tegas kita mengakui kedau-latan mutlak Allah.

Bila Allah menetapkan dosa saudara-saudara Yusuf dan dosa Yudas, bagai-manakah orang berakal sehat dapat menyetujui bahwa Allah kudus? Bukankah dalam hal tersebut Allah dapat dipersalahkan? Di manakah kebebasan manusia? Apakah manusia hanya merupakan boneka yang dimanipulasi oleh Allah? Di manakah tanggung jawab manusia bila Allah telah menetapkan segala sesuatu terlebih dahulu? Bagaimana menyelaraskan perihal ketetapan Allah sejak semula dengan tanggung jawab manusia?

Allah tidak dapat menetapkan pembunuhan yang terjadi itu lalu kemudian menyalahkan di pembunuh. “Keselamatan jiwa Anda tergantung pada diri Anda. Anda harus menjadi orang percaya. Ini adalah kewajiban dan tanggung jawab Anda. Bila Anda tidak melakukannya, Anda tidak dapat menyalahkan Allah. Anda harus menyalahkan diri Anda sendiri. Tetapi bila Anda menjadi orang percaya, ingatlah bahwa Allahlah yang mengerjakan di dalam Anda baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya” (Filipi 2:12-13). Bila Anda menangkap tujuan hidup ini, ingatlah bahwa Kristus telah lebih dulu menangkap Anda agar Anda dapat menangkap tujuan tersebut (Filipi 3:12). Pada apakah mereka mendasarkan pandangannya? Pada rasio manusia yang mereka miliki atau pada Firman Allah?

Karena, seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan TUHAN dari jalan manusia (Yesaya 55:9). Bila manusia memahami segala sesuatu, maka manusia memiliki pikiran sebesar pikiran Allah. Ketika Ayub tidak memahami mengapa ia mengalami penderitaan-penderitaan yang sangat berat itu dan meragukan kebaikan Allah, Allah bertanya kepada Ayub, “Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!” Kemudian Allah melanjutkan untuk menyindir: “Bukankah engkau mengetahuinya?” Untuk menunjukkan betapa kecilnya Ayub, Allah melanjutkan dengan pertanyaan: “Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dini hari atau fajar kau tunjukkan tempatnya” “Engkaukah yang turun sampai ke sumber laut?”. “Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu?” “Di manakah jalan ke tempat kediaman terang dan di manakah tempat tinggal kegelapan?” Kemudian Allah melanjutkan dengan jawaban sungguh keras: “Tentu engkau mengenalnya, karena ketika itu engkau telah lahir dan jumlah hari-harimu telah banyak!” (Ayub 38). Ada hal-hal yang hanya diketahui Allah dan tidak akan pernah dapat dipahami oleh manusia karena Allah jauh lebih besar daripada manusia.

Ulangan 29:29, “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.”
Dengan kata lain, karena Alkitab mengajarkan bahwa Allah berdaulat penuh, namun manusia tetap bertanggung jawab atas perbuatannya, kita berusaha menaati semua yang Allah perintahkan.

Meskipun Allah telah menetapkan segala sesuatu, namun doa tetaplah sangat penting dan kita harus senantiasa berdoa, karena kita mengetahui bahwa doa orang benar bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16).
Kita juga harus dengan sungguh-sungguh menaati amanat agung Tuhan Yesus yang memerintahkan kita pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa muridNya (Matius 28:19).

Pola Alkitab menggabungkan Kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Roma 6-12, menyatakan jelas tanggung jawab kita, juga kedaulatan Allah, ”Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadah yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:1-2). Pemilihan Allah tidak memadamkan inisiatif manusia, tetapi merupakan alas yang mendasari inisiatif manusia.
Kolose 3:12, Paulus menasehati orang-orang percaya di Kolose untuk mengenakan hati yang penuh belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Karena mereka telah dipilih untuk menjadi baik dan kudus, mereka harus hidup sesuai dengan yang diharapkan dari mereka.

1 Tesalonika 5:9, Paulus menganjurkan orang-orang percaya di Tesalonika untuk menguasai diri mereka, karena Allah tidak menetapkan mereka untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus.

2 Tesalonika 2:13-15, Paulus mendorong pembacanya untuk berdiri teguh karena Allah dari mulanya telah memilih mereka untuk diselamatkan.

Dengan kata lain, bagi Paulus, pemilihan Allah bukannya mematikan inisiatif manusia, melainkan mendorong terjadinya tidakan-tindakan baik manusia.

B. Predestinasi
Predestinasi merupakan bagian dari penetapan sejak semula. Penetapan sejak semula adalah rencana Allah untuk segala sesuatu yang terjadi, sedangkan predestinasi adalah bagian dari penetapan tersebut yang menunjuk kepada destini kekal manusia : sorga atau neraka. Predestinasi terdiri dari 2 bagian: penolakan / reprobasi (reprobation) dan pemilihan (election). Pemilihan berkaitan dengan mereka yang menuju ke sorga dan penolakan berkaitan dengan mereka yang menuju ke neraka. Sedangkan reprobasi adalah dekrit Allah yang kekal, berdaulat, tak bersyarat, tidak dapat diubah, bijak, suci dan misterius; di mana, di dalam memilih sebagian orang untuk mendapatkan hidup kekal, Ia membiarkan yang lain, dan dengan adil menghukum mereka karena perbuatan-perbuatan dosa mereka sendiri – semuanya hanya demi kemuliaanNya.

1.Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mengandung kesalahan (ineran) dan tidak mengandung kekeliruan (infalibel) dan merupakan keputusan final untuk semua pengajaran termasuk juga ajaran tentang reprobasi.
Reprobasi berkaitan dengan misteri-misteri ilahi yang tidak dapat dimengerti. Sejak awal, orang Kristen harus memutuskan apa yang akan menentukan jawabannya untuk pertanyaan tentang reprobasi : dengan pikiran-nya sendiri yang terbatas dan berdosa, atau dengan Firman Allah yang infalibel, yang benar di setiap bagian dan setiap detailnya.

2.Allah itu kudus; Ia adalah antitesis mutlak dari dosa dan pembenci kejahatan
a. Pernyataan terbuka bahwa Allah itu kudus :
- Imamat 11:44-45; 19:2; 20:26
- 1 Petrus 1:16 “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”
- Yosua 24:19 “Dialah Allah yang kudus”
- 1 Samuel 2:2 “Tidak ada yang kudus seperti TUHAN”
- Mazmur 99:5 “Tinggikanlah TUHAN…. Kuduslah Ia!”
- Yesaya 6:3 “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN”
- Yohanes 17:11 “Bapa yang kudus”
b. Allah memerintahkan kekudusan, maka ini merefleksikan naturNya sendiri
- Allah memberikan 10 Hukum Taurat
- Nabi-nabi berulang kali menekankan kekudusan
- Kristus memerintahkan kekudusan
- Para penulis Perjanjian Baru menekankan kekudusan
c. Allah menghukum dosa
Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, orang dihukum karena dosa mereka.
Neraka yang kekal ada karena manusia tidak kudus.
d. Allah memberi upah kepada kekudusan
- Lukas 6:35 “Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik… maka upahmu akan besar…”
- 1 Korintus 3:8 “Masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya
sendiri”
e. Allah menghukum Kristus sebagai ganti orang berdosa. Itu karena Allah kudus
sehingga Ia tidak memperkenankan dosa berjalan tanpa dihukum jika umat Allah mau
ke sorga. Maka Ia harus menghukum Kristus demi menjadikan umat pilihanNya kudus.

3. Sekalipun dosa dan ketidakpercayaan berlawanan dengan perintah-perintah Allah (kehendak preseptifNya), Allah telah memasukkannya juga di dalam dekritNya yang berdaulat.
Bagaimana mungkin Allah yang suci, yang membenci dosa, tetapi justru memastikan dan secara efektif mendekritkan bahwa dosa harus ada? Hal ini tidak masuk akal, maka, tanpa menguji Alkitab, mereka langsung membuangnya sebagai kontradiksi terhadap tesis kedua. Logika mereka, dan bukannya Alkitab, telah menjadi penentu akhir kebenaran reprobasi ini. Itu alasannya mengapa penting sekali menyakini untuk percaya pada tesis pertama terlebih dahulu.

Ada dua point penting, sebelum memaparkan bukti-bukti Alkitab, yang menyatakan bahwa dosa tidak berada di luar kedaulatan Allah dan merupakan kehendak dekritif Allah.

a. Segala hal yang terjadi setiap waktu dan di sepanjang sejarah di bumi ini ada karena Allah menetapkan mereka. Termasuk dosa – kejatuhan Iblis dari sorga, kejatuhan Adam, pengkhianatan Yudas – termasuk di dalam dekrit kekal Allah kita yang suci.

b. Dosa masuk karena izin Allah yang efektif (permissio efficax), bukan hanya telah diketahui terlebih dahulu oleh Allah, tetapi dosa juga telah ditetapkan sejak semula oleh Allah.

Alkitab memaparkan lebih dari seratus contoh bagaimana dosa diizinkan (Yosua 11:20; Ulangan 2:30; Keluaran 4:21; 7:3; 9:12; 10:1-27; 11:10; 14:4-17; Roma 9:18; Hakim-Hakim 3:8; 2 Raja-Raja 24:2; 2 Tawarikh 24:2; 28:5; 33:11; Ayub 1:21; Yesaya 5:25-29; Yesaya 10:5-6; Yeremia 25:8-11; Yeremia 51:20-23; Ratapan 1:17; Hakim-Hakim 9:22-23; 1 Samuel 16:14; 1 Raja-Raja 22:23; 2 Tawarikh 18:21; 1 Samuel 2:28; 2 Samuel 12:11-12; Mazmur 105:24-25; Amsal 16:4; 2 Tesalonika 2:11-12; dsb). Daftar di bawah ini cukup panjang, namun belum dapat dikatakan bahwa itu sudah mencakup keseluruhannya.

1. Kisah Para Rasul 2:23 “Dia [Yesus] yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya”. Dengan jelas mengajarkan bahwa Allah mendekritkan hal dosa, tetapi dalam kalimat yang sama, Alkitab menumpahkan kesalahan pada manusia. Logika kita akan mengajar kita untuk mempersalahkan Allah. Ia yang melakukan; maka itu kesalahanNya. Tetapi melalui wahyu Roh Kudus, Petrus berkata, “Telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.” Mereka adalah bangsa durhaka – mereka dipersalahkan. Di sini terlihat asimetri alkitabiah yang menakjubkan : Allah menetapkan dosa, dan manusia yang bersalah. Kita sulit mengerti hal ini, tetapi kita dapat kembali pada tesis pertama : “Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mengandung kesalahan (ineran) dan tidak mengandung kekeliruan (infalibel) dan merupakan keputusan final untuk semua pengajaran termasuk juga ajaran tentang reprobasi.”

2. Kisah Para Rasul 4:27-28 “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”. Pada ayat sebelumnya, Kisah Para Rasul 4:25-26 “.. rusuh bangsa-bangsa…para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang DiurapiNya”, menunjukan bahwa dosa ini merupakan apa yang Allah tentu-kan dari semula oleh kuasa dan kehendakNya dan bahwa mereka sekedar melakukan apa yang “telah ditentukan” harus terjadi.

3. Kisah Para Rasul 3:18 “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan para nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita”. Segala sesuatu, termasuk dosa, boleh berlangsung oleh karena Allah – tanpa Allah merusak kekudusanNya.

4. Lukas 22:22 “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!”. Berulang kali manusia ingin mengatakan bahwa jika Allah berdaulat, manusia tidak perlu bertanggungjawab; atau manusia ingin menekankan tanggung jawab dan membuang kedaulatan Allah. Berulang kali juga Alkitab menempatkan keduanya secara bersamaan. Maka menjadi tugas orang Kristen untuk menerima keduanya, menyadari bahwa pikiran Allah jauh lebih tinggi daripada pemikiran manusia, bagaikan langit lebih tinggi daripada bumi.

5. Kejadian 45:5-8 “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selam lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjaminkelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar daripadamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempat-kan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”

6. Kejadian 50:19-20 “Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: Janganlah takut, sebab aku inikan pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakan untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Allah, yang membenci dosa, telah secara efektif menggunakan dosa untuk menggenapkan rencanaNya.

4. Secara historis, banyak, tetapi tidak semua, theolog membicarakan reprobasi dalam dua bagian, yaitu preterisi/pelewatan dan penghukuman
1. Preterisi (dari kata Latin praeter [oleh/melalui] dan ire [pergi]) yang berarti melewati. Di dalam menetapkan beberapa orang yang akan diselamatkan, Allah telah memilih beberapa orang dan melewatkan yang lain.
2. Penghukuman, merekan yang dilewatkan oleh Allah akan dihukum secara kekal oleh karena dosa-dosa mereka sendiri

5. Reprobasi sebagai preterisi adalah tanpa syarat, dan sebagai penghu-kuman adalah bersyarat.
1. Preterisi yang tanpa syarat
Sama seperti pemilihan tanpa syarat, Allah tidak memilih orang karena Ia telah melihat terlebih dahulu siapa saja yang mau menerima Yesus, demikian pula preterisi bersifat tanpa syarat. Sama seperti alasan pemilihan ada di dalam diri Allah sendiri saja – dan tidak pernah di dalam manusia – demikian pula alasan preterisi hanya ada dalam diri Allah saja dan tidak dalam manusia.

Satu-satunya alasan yang diberikan bagi pemilihan Yakub dan melewatkan Esau ada pada Allah dan bukan pengetahuan intelektual yang Allah miliki terlebih dahulu tentang kebaikan atau kejelekan yang akan mereka lakukan. Roma 9:13, “Aku mengasihi yakub, tetapi membenci Esau”, bukan karena perbuatan, tetapi hanya karena Dia seseorang dipanggil “yang tua akan melayani yang lebih muda”. Sama seperti Yakub, yang tidak melakukan perbuatan baik apapun juga, telah dibawa masuk ke dalam kasih karunia, demikian pula Esau, yang belum melakukan kejahatan apapun juga, telah dibenci.

Apakah Allah tidak adil? Roma 9:15-16, “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku akan bermurah hati”, Roma 9:18, “Ia [Allah] menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”. Kembali Ia mempertanyakan (ay 19): “Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?” (baca Roma 9)

Kesalahan ini sepenuhnya ada pada manusia, dan Paulus tidak akan mempertanyakan keadilah Allah. Pertanyaan tentang ketidakadilan ini hanya akan masuk akal apabila berdasarkan apa yang dengan benar Paulus katakan, yaitu bahwa pilihan dan reprobasi tidak “tergantung pada kehendak manusia atau usaha manusia” dan bahwa Allah “menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.

2. Penghukuman yang bersyarat
Reprobasi sebagai penghukuman adalah bersyarat dalam pengertian bahwa sekali seseorang dilewatkan, ia dihukum oleh Allah karena dosa-dosa dan ketidakpercayaannya. Sekalipun segala hal – termasuk ketidakpercayaan dan dosa – muncul dari dekrit kekal Allah, manusia tetap akan dituduh karena dosa-dosa mereka, Manusia tetap bersalah; semua perbuatan itu adalah kesalahannya dan bukan kesalahan Allah.

6. Preterisi adalah sisi balik dari pemilihan.
Jika Allah memilih sebagian, maka ia niscaya melewatkan yang lainnya. Sesungguhnya, banyak orang, seolah-olah berharap bisa menyingkirkan kemarahan Allah, menerima pemilihan dalam pengertian sedemikian rupa sambil menyangkal bahwa ada orang yang akan dihukum. Namun mereka telah bersikap sedemikian bodoh dan kekanak-kanakan, karena pemilihan pada dirinya sendiri tidak dapat berdiri tanpa dipertentangkan dengan reprobasi.

7. Allah tidak secara efektif menyebabkan dosa dan ketidakpercayaan dengan cara yang sama seperti Ia secara efektif menyebabkan perbuatan baik dan iman.
Semua hal dan peristiwa ditetapkan oleh Allah. DekritNya secara efektif menjadikan segala sesuatunya. Allah, pada hakekatnya tidak menyukai dosa yang telah Ia tetapkan seperti Ia menyukai hal yang baik yang ia tetapkan. Allah bersukacita dalam mengirimkan Roh kudus untuk tinggal di dalam umatNya dan meneguhkan kesatuan rohani antara mereka dan Kristus, sementara pada kasus kaum reprobat, Allah tidak mengirimkan Iblis untuk tinggal di dalam mereka dan menegakkan kesatuan spiritual antara mereka dan Iblis. Sekalipun Roh Kudus merupakan Sumber dari iman dan kekudusan yang akan segera timbul, tidak demikian dengan Iblis, tidak ada kesetaraan sumber yang menghasilkan ketidakpercayaan dan kejahatan.
Sekalipun Allah dan Iblis menghendaki hal yang ‘sama’, tapi mereka melakukan hal itu dengan maksud yang sama sekali berbeda.

8. Keberatan-keberatan terhadap pengajaran tentan reprobasi biasanya lebih disebabkan oleh rasionalisme skolastis daripada ketaatan yang rendah hati kepada Firman TUHAN.
Pertanyaannya sekarang : Apa yang Alkitab katakan?, bukan : Bagaimana akal budi saya yang terbatas ini bisa mengertinya? Apa yang berkontradiksi dan apa yang tidak? Betapa jahatnya memang kegilaan manusia, yang ingin menaklukkan hal-hal yang tidak terukur ke bawah ukuran rasionya sendiri yang begitu kecil!
Sikap kita terhadap rahasia yang besar tentang reprobasi dan kasih Allah haruslah seperti Paulus ketika ia mengatakan, “Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapa engkau membentuk aku demikian?’” (Roma 9:20). Dan “O, alangkah dalamnya kekayaan hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!” (Roma 11:33).
Kita hanya perlu mengikutinya dan percaya, sekalipun ketika kita tidak dapat memahaminya, dan bahkan jika hal itu kelihatannya berkontradiksi di dalam pikiran kita yang kecil ini.

9. Merupakan sikap yang salah apabila mengharapkan Alkitab memberikan bahasan theologis yang sistematis tentang reprobasi.
Tujuan Alkitab adalah menunjukkan kepada manusia bagaimana ia bisa diselamatkan dan bagaimana harus hidup. Sama halnya dengan pengajaran tentang Trinitas atau tentang natur Kristus, tetapi fakta-faktanya memang ada di seluruh Alkitab tersebut.
Tidak ada satu tempat tertentu dalam Alkitab yang secara sistematis dan theologis menyatakan bahwa terdapat dua bagian dalam reprobasi, bahwa reprobasi merupakan sisi sebaliknya yang niscaya dari pemilihan, bahwa dari sejak kekekalan Allah telah menetapkan terlebih dahulu adanya orang-orang yang tidak percaya dan neraka, bahwa orang-orang berdosa pasti akan dihukum karena dosa-dosa mereka sendiri.

10. Seseorang tidak mengetahui bahwa ia adalah seorang reprobat, tetapi ia bisa mengetahui bahwa ia adalah seorang pilihan.
Tidak ada satu cara bagi manusia untuk mengetahui bahwa ia telah terhilang secara kekal, karena selalu ada kemungkinan ia bisa berpaling kepada Kristus sampai pada titik kematiannya.

Di pihak lain, memang dimungkinkan bagi seseorang untuk mengetahui bahwa ia adalah umat pilihan. Jika ia percaya dengan tulus kepada Yesus Kristus, maka ia mengetahui bahwa ia telah diselamatkan.

Yohanes menuliskan: “Semuanya ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yohanes 5:13).
Dan jika seseorang diselamatkan, ia adalah seorang pilihan, karena Allah memilih dia untuk diselamatkan (2 Tesalonika 2:13) dan telah mempredestinasi dia untuk diangkat sebagai anak Allah (Efesus 1:5).

11. Reprobasi harus diberitakan.
Satu hukum yang penting adalah memberikan penekanan dan proporsi yang sama kepada reprobasi dan pemilihan seperti yang diberikan Alkitab. Pusat dari Alkitab adalah berita baik tentang Juruselamat, sorga, dan pemilihan. Berita keselamatan muncul di setiap halaman Alkitab, maka kita harus memberikan tekanan yang setara pada reprobasi.

12. Ketidaktahuan adalah hikmat.
Ketidaktahuan adalah hikmat; memaksa untuk tahu adalah suatu kegilaan. Biarlah kita tidak perlu malu karena tidak mengetahui sesuatu hal di dalam perkara ini, karena ada suatu ketidaktahuan tertentu yang bijak.

Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mengandung kesalahan (ineran) dan tidak mengandung kekeliruan (infalibel) dan merupakan keputusan final untuk semua pengajaran termasuk juga ajaran tentang reprobasi. Pencobaannya adalah usaha untuk menerima hanya apa yang disetujui logika kita ketimbang apa yang Alkitab ajarkan. Kita harus menerimanya dengan iman

Segala sesuatu yang Allah nyatakan adalah bermanfaat dan harus dipelajari. Maka, sasaran kita di dalam pengajaran tentang reprobasi harus berjalan sejauh apa yang Alkitab lakukan, tetapi tidak melebihi hal itu.

C. Pemilihan tanpa syarat
Pemilihan bersyarat adalah pemilihan yang didasarkan pada suatu yang ada pada orang yang dipilih. Misalnya, pemilu adalah pemilihan bersyarat, pemilih memberikan suara berdasarkan sesuatu yang dimiliki atau dijanjikan oleh para calon.

Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman menafsirkan bahwa Allah sudah melihat sebelumnya siapa yang akan percaya kepada Kristus, dan berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikiNya terlebih dulu, Allah menetapkan pilihan atas orang-orang yang akan masuk sorga. Mereka percaya bahwa manusia natural yang belum dilahirkan kembali memiliki cukup kebaikan sehingga Roh Kudus menolongnya, ia akan mempunyai keinginan untuk memilih Yesus. Manusia memilih Allah, dan kemudian Allah memilih manusia. Pemilihan Allah bersyaratkan pilihan manusia.

Allah tidak pernah mendasarkan pilihanNya pada apa yang manusia pikirkan, katakan, lakukan, atau pada keberadaan manusia. Kita tidak mengetahui pada apa Allah mendasarkan pilihanNya, tapi dasar pemilihan Allah bukanlah sesuatu yang ada pada manusia. Allah tidak melihat sesuatu yang baik pada diri seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh orang tersebut yang menyebabkan Allah mengambil keputusan untuk memilih dia.

Bukankah pemilihan Allah ini sungguh luar biasa? Seandainya pemilihan Allah atas orang-orang yang masuk ke sorga didasarkan pada sesuatu yang harus ada pada kita, siapakah yang akan diselamatkan? Siapakah yang layak berdiri di hadapan Allah dan mengatakan bahwa ia pernah melakukan satu kebaikan yang benar-benar baik menurut pengertian terdalam dari kata tersebut? Efesus 2 dan Roma 3, “kita semua telah mati dalam dosa dan pelanggaran kita, tak ada orang yang berbuat baik, seorangpun tidak”. Bila pemilihan Allah didasarkan hanya pada satu kebaikan yang terdapat dalam diri kita, maka tak ada seorangpun yang akan dipilih. Tak seorangpun yang dapat masuk ke sorga; semua akan masuk ke neraka, karena tak ada seorangpun yang baik. Maka bersyukurlah kepada Allah atas pemilihanNya yang tanpa syarat.

II. DASAR-DASAR ALKITAB MENGENAI PEMILIHAN ILAHI
A. Yohanes 6:37,39
“Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang… Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”

Keselamatan sepenuhnya terletak di dalam tangan bapa. Bapalah yang memberikan mereka kepada Yesus untuk diselamatkan. Sekali mereka telah diberikan kepada Yesus, Yesus akan menjaga sehingga tak satupun dari mereka yang akan terhilang. Ini adalah pemilihan tanpa syarat.

B. Yohanes 15:16
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Kebenaran yang ultimat adalah bahwa Kristus yang memilih manusia, dan setelah itu barulah manusia memilih Kristus dan percaya. Kita mungkin beranggapan bahwa kita melakukan semua kebaikan di dalam hidup ini, seperti percaya kepada Kristus; tetapi kita perlu ingat bahwa “Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya” (Filipi 2:13).

“Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yohanesn 4:19). Kasih Allah mandahului kasih manusia. Inilah pemilihan kasih Allah yang berdaulat untuk memilih.

C. Kisah Para rasul 13:48
“Dan semua orang ditentukan Allah untuk hidup kekal, menjadi percaya”. Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman menerjemahkan “Dan semua orang yang percaya, ditetapkan Allah untuk menerima hidup kekal”. Ini merupakan pelanggaran yang serius terhadap Firman Tuhan. Kejelasan ayat ini begitu mencengangkan.

D. 2 Tesalonika 2:13
“Akan tetapi kami harus selalu mengucapkan syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuha, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.” Pertama-tama perhatikan bahwa umat Kristen di Tesalonika ”dikasihi oleh” Tuhan. Ini sudah merupakan kasih yang memilih. Allah tidak pernah menyebut Yudas atau dunia yang menolakNya sebagai “yang dikasihi oleh Tuhan”.

Pemilihan Allah tidak bergantung pada apapun yang ada dalam diri manusia, baik itu kekudusannya ataupun imannya. Pemilihan Allah adalah tanpa syarat.

E. Efesus 1:4-5
“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya.”

Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman mencoba memberi alasan bahwa Allah memang telah menentukan sejumlah orang dari semula, tetapi penentuan Allah ini berdasarkan pada pengetahuan yang telah Allah miliki terlebih dahulu tentang siapa yang akan percaya. Sehingga keputusan tersebut sebenarnya tergantung pada manusia, bukan pada Allah.

Paulus tidak mengatakan bahwa Allah memilih kita karena kita kudus, melainkan supaya kita kudus dan tak bercacat. Dan kekudusan meliputi iman, karena tanpa iman tidak ada kekudusan. Iman juga merupakan pemberian Allah dan bukan hasil usaha manusia (Efesus 2:8).

Kata “kehendakNya” menunjukan lebih kuat lagi kebebasan dari pemilihan Allah, fakta bahwa alasan-alasan pemilihan itu sepenuhnya terletak pada kehendak Allah.

F. Roma 8:29-30
“Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya,… dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.

Apa yang dinyatakan oleh Paulus dalam Roma 8 ini adalah bahwa terdapat sebuah rantai emas keselamatan yang dimulai dengan kasih Allah yang kekal, yang menentukan pilihan, dan dilanjutkan secara tak terputus melalui penetapan, panggilan efektif, pembenaran, sampai pada pemuliaan final di sorga.

Puji syukur kepada Tuhan yang telah memberi kepada kita rantai keselamatan yang tidak terputus. Semua orang yang percaya kepada Kristus dapat merasa yakin bahwa ia berada dalam rantai keselamatan ini.

G. Roma 9:6-26
Pernyataan Alkitab yang paling jelas menerangkan mengenai pemilihan tanpa syarat terdapat di Roma 9. Indikasi pertama dapat kita lihat pada Roma 9:7, di mana Paulus menulis tentang pemilihan berdaulat dari Allah terhadap Ishak dan bukan Ismael. Allah berfirman dengan kedaulatanNya dan dalam pemilihanNya; “Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu”

Kemudian Paulus menunjuk kepada pemilihan berdaulat yang sama dalam kasus Esau dan Yakub. Allah dalam kedaulatanNya memilih Yakub dan melewatkan Esau. Roma 9:11, Allah memberitahukan pilihanNya kepada Ribka sebelum kedua anak itu dilahirkan dan sebelum mereka melakukan sesuatu yang baik atau yang jahat. Tuhan melakukan ini supaya rencana tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya. Untuk menandaskan kedaulatan pemilihan ini, Tuhan berfirman: “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau” (Roma 9:13).

Apakah Allah tidak adil? (Roma 9:14), Mustahil! Jangan pernah berkata atau berpikir bahwa Allah tidak adil. Dia adalah Allah yang kudus dan suci dan tidak pernah tidak adil walau sekejap pun.

“Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku mau bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati” (Roma 9:15), kemudian ayat 16 “jadi hal itu tidak bergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah”. Dilanjutkan di ayat 18, “Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”
Ia bebas untuk mengasihi siapa yang ingin Ia kasihi dan melewatkan yang lain, bukan karena kebaikan atau keburukan yang ada pada diri manusia, tetapi karena alasan-alasan baik yang Ia miliki sendiri. Keselamatan bergantung sepenuhnya kepada Allah yang bermurah hati.

III. BEBERAPA PENJELASAN
A. Apakah sebagian orang yang suka memilih manusia sebagai faktor penentu keselamatannya, berhasil menyelesaikan permasalahannya?
Mereka adalah sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman, ingin mempertahankan kebebasan manusia. Mereka berpandangan bahwa bila Allah telah terlebih dahulu menentukan segala sesuatu, maka manusia tidak mempunyai kebebasan dan tanggung jawab. Maka dari itu, mereka memilih mengurangi rencana Allah yang menentukan dan memberi bidang tertentu di mana manusia memiliki kebebasan dan bertindak terlepas dari Allah.

Mereka berpendapat bahwa Allah telah mengetahui terlebih dahulu semua peristiwa yang akan terjadi. Allah tidak memilih siapa yang akan percaya kepada Kristus, tetapi Allah telah mengetahui pilihan apa yang diambil oleh setiap orang, karena Allah mahatahu. Bila Allah telah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi sebagaimana diyakini mereka, maka segala sesuatu yang telah diketahui itu pasti terjadi, dan tidak ada alternatif lain.

Akhirnya kembali seperti keyakinan kita semula, bahwa Allah telah mengetahui terlebih dahulu segala sesuatu, peristiwa-peristiwa masa depan sudah pasti, dan manusia memiliki tanggung jawab untuk melakukan yang benar.

Maka dari itu, kita harus berani menyatakan bahwa Allah adalah mahakuasa dan mengendalikan semua peristiwa, bukan manusia yang mengendalikan, kita juga harus berani menerima Allah sebagai Allah sejati, Allah yang mahakuasa dan bukan Allah yang setengan berkuasa.

B. Manusia memiliki kebebasan
Manusia seratus persen bebas, bebas sepenuhnya untuk melakukan apa yang diinginkannya. Allah tidak memaksa kita melawan kehendak kita sendiri. Justru karena manusia itu bebas, maka ia adalah budak. Justru karena manusia melakukan apa yang diinginkannya, maka ia tidak memiliki kehendak bebas; maksudnya, manusia sama sekali tidak mampu memilih dengan sama baiknya antara yang baik dan yang buruk.

Orang yang belum percaya adalah orang yang bebas. Ia melakukan apa yang dikehendakinya, menuruti keinginan hatinya. Karena hatinya rusak dan cenderung kepada segala jenis kejahatan, maka ia dengan bebas melakukan apa yang ia inginkan, yaitu : dosa. Ia membenci Allah trinitas dan semua yang berhubungan dengan Allah. Karena itu, dalam kenyataannya, ia tidak akan pernah memilih Allah. Ia tidak dapat memilih Allah karena ia tidak mau. Dan karena orang yang belum dilahirkan kembali adalah orang yang bebas, maka ia adalah budak. Ia adalah budak Iblis dan keinginan-keinginannya sendiri yang jahat dan ia tidak dapat melayani Allah.

Secara historis, istilah pelaku bebas telah digunakan di dalam theologi untuk menyatakan bahwa manusia bebas untuk melakukan apa yang ingin ia lakukan; dan istilah kehendak bebas telah digunakan untuk menunjukkan suatu jenis kebebasan yang tidak dimiliki oleh siapapun – yaitu kemampuan atau kebebasan untuk memilih antara kebaikan atau kejahatan, antara percaya kepada Kristus atau menolak Kristus.

Orang Kristen juga tidak mempunyai kehendak bebas. Secara teknis, ia memiliki opsi eksternal untuk memilih antara menerima Kristus atau menolak Kristus, tetapi pada dasarnya ia tidak memiliki pilihan tersebut. Kristus tidak akan mengijinkan mereka menolakNya. Semua yang diberikan Bapa kepada Kristus akan datang kepadaNya. Siapapun tidak dapat merebut mereka dari tangan kristus (Yohanes 6:37,39).

Jadi, jika kamu adalah seorang Kristen sejati, bersyukurlah karena kita tidak akan sanggup, walau sedetikpun, untuk berpaling dari Yesus Kristus. Ternyata pemilihan tanpa syarat ini tidak mengerikan seperti yang kita duga, bukan?

C. Dalam predestinasi setiap orang memperoleh apa yang diinginkannya
Kadang-kadang orang mengeluh bahwa predestinasi adalah sebuah doktrin yang sangat keras, yang memaksa seseorang untuk melakukan hal yang tidak diinginkannya. Mereka berpendapat, jikalau seseorang ingin percaya, ia tidak dapat melakukannya kecuali bila Allah telah menetapkan dia untuk percaya; dan kalau orang itu tidak mau percaya, Allah akan memaksa dia masuk ke dalam sorga. Jadi, apa gunanya menjadi percaya?

Setiap orang akan mendapatkan persis apa yang diinginkannya. Untuk menandaskannya bisa dikatakan seperti ini: orang-orang yang berada di neraka bersukacita karena mereka ada di sana. Tidak ada seorangpun berada di neraka di luar kehendak orang bersangkutan. Semua sangat senang berada di sana. Jangan salah memahami pernyataan ini. Orang-orang yang berada di neraka mengetahui bahwa setelah mati manusia akan masuk sorga atan neraka. Mereka tidak menyukai neraka, kalau tidak demikian tempat itu bukan neraka namanya. Neraka adalah tempat di mana cacing-cacingnya tidak dapat mati dan apinya tidak pernah padam. Yang ada di sana hanya kesengsaraan dan siksaan. Sehingga orang-orang yang berada di sana tidak menyukai tempat itu. Tetapi mereka lebih tidak menyukai Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Tempat yang paling tidak mereka inginkan adalah sorga. Mereka tidak dapat menerima ide tentang keharusan untuk bertobat dari dosa-dosa mereka serta mengasihi Allah dan sesama manusia lebih dari mengasihi diri mereka sendiri. Dengan demikian, memang benar bahwa setiap orang memperoleh apa yang ia inginkan; orang-orang Kristen senang bersama Allah dan orang-orang yang berada di neraka senang bahwa mereka tidak bersama Allah.

Bila seorang non-Kristen mengeluhkan pengajaran predestinasi, ini biasanya merupakan rasionalisasi yang munafik untuk menolak Kristus. Apakah yang Anda inginkan? Apakah Anda menyesali dosa-dosa Anda? Apakah Anda percaya Kristus adalah Juruselamat Anda? Apakah Anda mengasihi Allah dan ingin masuk ke sorga?

Bila Anda memberi jawaban “Ya” terhadap semua pertanyaan ini, maka Anda seharusnya tahu bahwa Anda sudah menjadi seorang Kristen, Anda telah percaya kepada Tuhan. Dan Yesus Kristus berkata: “Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”. Anda memperoleh apa yang Anda inginkan.

Bila Anda menjawab “Tidak”, “Kalau begitu, mengapa Anda mengeluh? Anda mendapatkan yang Anda inginkan. Anda tidak mau bertobat, Anda tidak mau menerima Kristus, Anda tidak ingin masuk sorga. Nah, Anda telah mendapatkan yang tepat sesuai dengan keinginan Anda.