RSS Feed

Search This Blog

KONSEP KESELAMATAN

Posted by David Budiono


Doktrin keselamatan merupakan salah satu doktrin utama Kekristenan. Seluruh berita Injil tidak lain adalah berita keselamatan orang berdosa melalui penebusan darah Kristus. Oleh karena itu, doktrin ini merupakan pokok pengharapan iman Kristen dan merupakan suatu keistimewaan yang tidak dapat kita temui dalam agama-agama lain.

Kebenaran-kebenaran tentang anugerah Allah yang berdaulat ini, untuk memudahkan mengingatnya adalah dengan mengingat akronim T-U-L-I-P; Total Depravity (Kerusakan Total), Unconditional Election (Pemilihan tanpa syarat), Limited Atonement (Penebusan Terbatas), Irresistible Grace (Anugerah yang tidak dapat Ditolak), Perseverance of The Saints (Ketekunan Orang Orang Kudus)

Kiranya segala kemuliaan hanya bagi TUHAN yang telah menganugerahkan AnakNya yang tunggal sehingga kita beroleh penebusan dari dosa-dosa kita dan mendapatkan hidup yang kekal. Amin.

KERUSAKAN TOTAL (Total Depravity)

Posted by David Budiono Labels:

I. KERUSAKAN TOTAL TIDAK BERARTI ...
A. Kerusakan total tidak berarti kerusakan mutlak
Kerusakan total bukan berarti ia tidak dapat menjadi lebih jahat lagi, melainkan bahwa tidak ada satupun perbuatannya baik, kejahatan telah meresapi setiap kemampuan jiwanya dan setiap bidang kehidupannya dan tidak mampu melakukan satupun hal yang baik. Berbeda dengan kerusakan mutlak yang berarti bahwa seseorang menyatakan kerusakan atau kebobrokannya telah sampai tingkat yang paling maksimal sepanjang waktu.

Sebagai contoh : ketika anak anak saling menyakiti, mereka sering melakukannya dengan cara mentertawakan atau memukul atau mendorong; tetapi mereka dapat melakukan yang lebih buruk daripada itu, seperti mencungkil mata dengan gunting atau menusukkan jarum ke bawah kuku.

Ada orang orang dewasa yang menyebut orang lain ‘tolol’ / ‘bajingan’ dan sebagainya, tetapi mereka dapat saja memukul orang lain sampai rontok giginya.

Hitler adalah seseorang yang kejam dan brutal; tetapi dia pernah melepaskan sejumlah desa di Perancis atas permohonan seorang pastor.

1 Samuel 16:14 “Tetapi Roh TUHAN telah mundur daripada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang daripada TUHAN”, dengan kata lain, pada periode awal pemerintahannya, ia tidak bertindak seburuk yang dilakukannya pada masa berikutnya.

Bahkan orang-orang yang berada dalam proses melakukan dosa yang tak terampuni (Ibrani 6:4-8), pada saat tertentu tidak berbuat sejahat yang dapat mereka lakukan.

2 Timotius 3:5 “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya”, orang-orang munafik ini dapat menyingkirkan semua kesalehan yang mereka tampilkan dan langsung menganiaya orang lain, tetapi mereka tidak melakukan hal ini.

Setiap orang pernah membenci, tetapi tidak setiap orang pernah membunuh. Hampir semua orang pernah birahi, tetapi tidak semua orang pernah melakukan perzinahan secara aktual.

Alasan masih ditekannya dosa adalah karena Allah, melalui anugerah umumnya (yaitu anugerah yang dicurahkan kepada semua manusia, bahkan kepada orang-orang yang tidak percaya) mengekang kejahatan yang akan dilakukan manusia.

B. Kerusakan total tidak berarti hilangnya kebaikan relatif
Orang-orang yang belum dilahirkan kembali juga dapat melakukan kebaikan relatif. Perbuatan baik relatif bisa memiliki bentuk lahiriah yang benar tetapi tidak bersumber dari iman yang sejati atau tidak dilakukan untuk kemuliaan Allah.

Misalnya, seorang mencuri 500 juta dari sebuah bank kemudian menyumbang-kan 100 juta kepada Palang Merah untuk mendapat pujian. Sumbangan orang ini tampaknya sesuai dengan hukum Allah, tetapi karena tidak bersumber pada iman dan tidak dilakukan untuk kemuliaan Allah, sebenarnya perbuatan baik tersebut berdosa. Perbuatan seperti ini hanyalah baik secara relatif.

Alkitab juga memberi sejumlah contoh mengenai kebaikan relatif. Di dalam Perjanjian Lama disebutkan tentang 3 raja, yaitu Yehu, Yoas, dan Amazia, yang tidak sunguh-sungguh takut akan Allah dan tidak bertobat. Meskipun demikian, Allah berfirman kepada Yehu: “Oleh karena engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di mataKu, … maka anak-anakmu akan duduk di atas takhta Israel sampai keturunan keempat” (2 Raja-Raja 10:30). Juga mengenai Yoas, Alkitab mengatakan bahwa dia “melakukan apa yang benar di mata TUHAN” (2 Raja-Raja 12:2), Juga mengenai Amazia, yang dapat kita lihat di sini bahwa ketiga raja ini melakukan hal yang benar di mata TUHAN meskipun diri mereka sendiri berada dalam keadaan terhilang.

Dalam perjanjian baru, Lukas 6:33, “…jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.” Roma 2:14. “bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat.” Mereka tidak mengenal Yesus Kristus, mereka tidak memiliki hukum-hukum Perjanjian Lama, namun mereka melakukan hal-hal yang secara lahiriah sesuai dengan hukum Allah – hal-hal yang menyenangkan Allah dalam pengertian relatif.

Sungguh kita patut bersyukur kepada Allah atas anugerah umumNya yang dengannya Ia bukan saja mengekang kejahatan dalam diri orang-orang yang belum lahir kembali, tetapi juga memampukan mereka untuk melakukan kebaikan relatif.

II. KERUSAKAN TOTAL ADALAH ...
A. Secara positif : selalu dan semata-mata berbuat dosa
Kebaikan relatif ini secara fundamental bukanlah kebaikan sejati dalam pandangan Allah dan pada dasarnya dan dalam pengertian yang terdalam tidak lain adalah dosa dan kejahatan.

Kejadian 6:5 “bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata”. Dan menurut Alkitab, kecenderungan yang paling dalam ini semata-mata jahat dan terus menerus jahat – sepanjang waktu. Kejadian 8:21, menambahkan bahwa keadaan ini terjadi pada manu-sia bukan hanya pada saat manusia telah dewasa, melainkan sejak kecilnya.
Yeremia 17:9, “Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, … siapakah yang dapat mengetahuinya?” Mazmur 51:7, “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku” (bandingkan Mazmur 14 dan 53).
Roma 3:10-18, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak … rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu”.

Manusia tidak melakukan dosa dengan semua cara yang ada, dan juga tidak sampai pada cara yang terburuk; dan bahkan manusia mampu melakukan sejumlah kebaikan relatif, tetapi dalam semua yang dilakukannya itu ia berbuat dosa. Ia tidak dapat melakukan satu halpun yang benar-benar menyenangkan Allah.

B. Secara negatif : ketidakmampuan total
Cara lain untuk menjelaskan tentang kerusakan total adalah dengan menye-butnya sebagai ketidakmampuan total. Istilah ini berguna untuk menjelaskan fakta mengenai ketidakmampuan manusia untuk melakukan, memahami atau bahkan menginginkan kebaikan.

1. Manusia tidak dapat melakukan kebaikan
Matius 7:17-18, “Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik”, dengan kata lain, orang yang belum lahir kembali tidak dapat melakukan apa yang benar-benar baik. (Bandingkan 1 Korintus 12:3)

Pada kesempatan lain, Yesus menyatakan rahasia kehidupan Kristen: berdiam-nya Kristus di dalam diri kita (Yohanes 15), selanjutnya juga tertulis “… sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”. Ini yang dimaksudkan dengan ketidakmampu-an total. Roma 8:7-8, “Keinginan daging [yaitu, orang yang belum dilahirkan kembali] adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah”.

Dengan kata lain, orang yang belum lahir kembali berseteru terhadap Allah, ia tidak taat kepada hukum Allah dan ia tidak mungkin dapat melakukan kebaikan sejati serta berkenan kepada Allah.

2. Manusia tidak dapat memahami kebaikan
Kisah Para Rasul 16:14, setelah TUHAN membukakan hatinya barulah ia dapat memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Efesus 4:18, sebelum itu, pengertiannya gelap, menurut gambaran Paulus tentang orang-orang kafir di Efesus. 2 Korintus 3:12-18, ada suatu selubung yang menutupi hatinya mencegah dia untuk melihat kebenaran.

Selama pelayananNya, Yesus ditolak orang-orang Yahudi. “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya (Yohanes 1:11). Bandingkan Yohanes 8:43. Di kesempatan lain, “Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menganggap.” (Matius 13:14).

“Manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena baginya hal itu adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani” (1 Korintus 2:14). Dengan kata lain, tanpa Roh Kudus, manusia tidak dapat memahami hal-hal yang berasal dari Allah.

3. Manusia tidak dapat menginginkan kebaikan
Ketidakmampuan untuk menginginkan yang baik, khususnya menginginkan Yesus Kristus, dinyatakan dengan tegas oleh Tuhan Yesus dalam pernyataan-pernyataanNya mengenai apa yang tidak dapat manusia lakukan (baca Matius 7:18; Yohanes 3:3; 8:43; 15:4-5).

Ia berfirman: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku” (Yohanes 6:44). “Tidak ada seorangpun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya” (Yohanes 6:65).

Inilah kerusakan total: manusia tidak dapat memilih Yesus. Manusia bahkan tidak dapat mengambil langkah pertama untuk datang kepada Yesus, kecuali Bapa yang menarik dia. Kerusakan total ini bersifat universal. “Tidak ada seorangpun” yang dapat datang, demikian firman TUHAN. Bukan “sebagian orang tidak dapat datang” tetapi “tidak ada seorangpun dapat datang”. Ini menyatakan ketidakmampuan total yang universal.

Perjanjian Lama, Yehezkiel 11:19, orang yang belum dilahirkan kembali dilukiskan sebagai orang yang berhati batu (LAI : hati yang keras). Hati batu adalah hati yang mati, tidak dapat berbuat apa-apa. Suatu ketidakmampuan total. Tetapi Allah berfirman bahwa Ia akan melahirkan kembali umatNya. Ia akan memberikan roh yang baru kepada mereka, maka mereka akan memiliki hati dan daging, artinya hati yang hidup. Setelah itu, mereka akan berkemampuan untuk mengikut TUHAN.

Perjanjian Baru, Yohanes 3:3, “Jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat kerajaan Allah”. Bayi tidak pernah menginginkan atau memutuskan untuk dilahirkan. Ia tidak pernah memberi kontribusi sekecil apapun kepada proses kelahirannya. Dalam seluruh proses, mulai dari awal pembuahan sampai kelahiran, sang bayi benar-benar pasif dan sama sekali tidak mampu mengendalikan kelahirannya. Demikian juga orang yang belum percaya tidak dapat mengambil satu langkahpun menuju kelahiran kembali, ia harus dilahirkan oleh Roh Kudus. Ada yang mengajarkan konsep yang tidak alamiah bahwa suatu ketidakberadaan (non-being) yang rohani, dapat memiliki keinginan untuk dilahirkan – dapat percaya kepada Kristus serta dilahirkan kembali. Tetapi suatu ketidakberadaan tidak bereksistensi, dan karena itu, ia tidak mungkin dapat memiliki keinginan untuk datang kepada Kristus.

Paulus menggunakan ilustrasi penciptaan. Ia mengatakan bahwa orang yang berada di dalam Kristus adalah ciptaan baru (2 Korintus 5:17; Galatia 6:15). Suatu ketidakberdayaan tidak dapat menciptakan dirinya sendiri, dan sudah pasti mengimplikasikan ketidakmampuan total dari obyek yang diciptakan.

Paulus juga menggunakan analogi kebangkitan kembali. Efesus 2:1, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu”, ay 5 “[Allah]… telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita” (bandingkan Kolose 2:13).

Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman menafsirkan bahwa manusia berada dalam keadaan cedera atau sakit, tetapi tidak mati, karena manusia memiliki kemampuan untuk meminta pertolongan kepada Allah untuk diselamatkan, manusia memiliki kemampuan untuk percaya atau tidak percaya. Manusia belum sungguh-sungguh mati; karena kalau ia sudah mati, ia tidak dapat minta tolong, manusia hanya sakit. Tetapi ajaran Alkitab yang begitu jelas dan berkata: “Tidak, manusia sudah mati. Manusia bahkan tidak dapat membuka mulutnya. Manusia juga tidak memiliki keinginan untuk meminta tolong kepada dokter. Manusia sudah mati.

Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman membandingkan orang yang belum dilahirkan kembali seperti seseorang yang melompat dari jendela tingkat 2 sebuah rumah, 2 tulang rusuknya patah, kakinya juga patah, namun masih hidup, dan ia tahu bahwa ia memerlukan dokter. Ia dapat meminta pertolongan orang yang lewat atau menyeret dirinya ke tempat telpon untuk menelpon dokter. Ia ingin diobati dan disembuhkan. Tetapi gambaran yang alkitabiah adalah orang yang belum dilahirkan kembali digambarkan sebagai seseorang yang melompat dari puncak gedung pencakar langit dan tubuhnya berserakan di jalan. Ia tidak dapat mengetahui bahwa ia memerlukan pertolongan, apalagi berteriak minta tolong. Orang ini sudah mati – tidak memiliki kehidupan – dan tidak mungkin dapat menginginkan pengonbatan.

Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman menyatakan bahwa manusia memiliki sedikit jasa dalam keselamatannya, yaitu bahwa manusia memiliki kemampuan untuk percaya, yang diilustrasikan seperti seseorang yang sedang tenggelam. Kepalanya timbul tenggelam di air sementara ia menggapai-gapaikan tangannya, berusaha untuk tidak tenggelam. Bila tidak ada orang yang menyelamatkannya, ia akan mati. Mungkin paru-parunya sudah kemasukkan air, mungkin ia sempat pingsan sebentar, tetapi ia masih dapat berpikir dan masih mampu melambai serta menjerit kepada pengawas pantai agar diselamatkan. Tetapi gambaran yang alkitabiah adalah seseorang yang sudah tergeletak di dalam palung laut yang dalamnya 10.500m. Tekanan air yang menindihnya kira-kira 2,4 ton/cm2. Ia telah tenggelam selama 1000 tahun dan hiu-hiu telah memakannya. Dengan kata lain, orang itu sudah mati dan sama sekali tidak dapat meminta pengawas pantai manapun untuk menyelamatkannya. Agar ia dapat diselamatkan, suatu mujizat harus terjadi. Ia harus dihidupkan terlebih dahulu dan dibawa ke permukaan air, setelah itu barulah ia dapat melambai serta menjerit kepada pengawas pantai agar diselamatkan.

Inilah gambaran yang sebenarnya dari orang berdosa. Ia mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya (Efesus 2:1,5).

Pada waktu Yesus memanggil Lazarus untuk keluar dari kubur, Lazarus tidak memiliki kehidupan untuk dapat mendengar, bangkit, dan keluar dari kubur. Agar ia dapat mendengar panggilan Yesus serta datang kepadaNya, ia harus dihidupkan lebih dulu, barulah kemudian Lazarus memberi respons.

Manusia sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya, bukan sekedar sakit atau cedera. Tidak, orang yang tidak diselamatkan, yang belum lahir kembali, telah mati secara rohani (Efesus 2). Ia tidak dapat meminta pertolongan kecuali bila Allah mengubah hati batunya menjadi hati dari daging serta menghidupkannya secara rohani (Efesus 2:5). Kemudian, mengalami kelahiran kembali, barulah untuk pertama kalinya ia dapat datang kepada Yesus, menyatakan penyesalan atas dosa-dosanya dan memintaNya untuk menyelamatkan dia.

Pengajaran mengenai kerusakan total manusia menyatakan bahwa segala kemuliaan adalah bagi Allah, dan tidak ada sedikitpun kemuliaan bagi manusia.

PEMILIHAN TANPA SYARAT (Unconditional Election)

Posted by David Budiono Labels:

I. ARTI DARI PEMILIHAN ILAHI
A. Penetapan sejak semula (foreordination)
Penetapan sejak semula berarti rencana Allah yang berdaulat, yang dengannya Allah menetapkan semua yang akan terjadi di seluruh alam semesta ini. Tidak ada satu halpun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan. Allah berada di balik segala sesuatu. Ia memutuskan dan menyebabkan semua peristiwa yang terjadi. Allah tidak duduk diam sambil bertanya-tanya dan mungkin juga merasa cemas mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya. Tidak! Sejak semula Allah telah menetapkan segala sesuatu “menurut keputusan kehendakNya” (Efesus 1:11); gerakan sebuah jari, detak jantung, tawa ceria seorang gadis kecil, kesalahan seorang juru ketik – bahkan dosa (Lihatlah Kejadian 45:5-8; Kisah Para Rasul 4:27-28).

Untuk lebih jelas menyatakan kedaulatan Allah, perlu dinyatakan bahwa segala sesuatu telah ditetapkan Allah terlebih dahulu. Bukan saja Allah mahakuasa, sehingga bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca (Yesaya 40:15); tetapi Ia juga “di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya” (Efesus 1:11). Bahkan Allah juga telah menetapkan terlebih dahulu adanya dosa. Bila dosa berada di luar rencana Allah, maka ini berarti tidak ada satupun peristiwa penting dalam kehidupan ini yang berada di dalam pemerintahan Allah. Karena tindakan manakah dari manusia yang benar-benar baik? Dengan demikian, seluruh sejarah : kejatuhan Adam, penyaliban Kristus, penaklukan kekaisaran Romawi, Reformasi, Revolusi Perancis, Revolusi Amerika, perang saudara di Amerika, Perang Dunia I dan II, pembunuhan-pembunuhan Presiden, kekejaman rasial, berada di luar apa yang telah Allah tetapkan sejak semula?

Ada 2 peristiwa di dalam Alkitab yang dengan jelas mengajarkan bahwa segala sesuatu, termasuk dosa, ditetapkan Allah : penjualan Yusuf oleh saudara-saudaranya dan penyaliban Yesus.

Pada peristiwa pertama, perhatikan dosa yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf. Mereka membenci Yusuf, melemparkan dia ke dalam sebuah sumur, menjual sebagi budak, dan berbohong kepada ayah mereka dengan memperlihatkan jubah Yusuf yang sudah dicelupkan ke dalam darah binatang. Allah turut campur tangan secara nyata di dalam tindakan saudara-saudara Yusuf. Allah memastikan bahwa umat pilihanNya di Israel mempunyai sahabat istimewa di Mesir yang dapat menolong mereka di masa kekeringan dan kelaparan. Karena dari umat pilihan ini akan lahir Juruselamat dunia. Allah tidak akan membiarkan peristiwa itu terjadi secara kebetulan. Dengan demikian, maka Allah juga telah menetapkan sejak semula dosa yang dilakukan saudara-saudara Yusuf : “Bukanlah kamu, tetapi Allah” (Kejadian 45:8); “Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” (Kejadian 50:20).

Contoh kedua yang jelas dari ketetapan Allah sejak semula perihal dosa adalah peristiwa penyaliban Kristus. Dosa yang dilakukan dalam peristiwa ini adalah dosa yang paling keji karena mewakili seluruh kebencian manusia terhadap Allah. Meskipun demikian, dosa ini juga ditetapkan Allah. Allah tidak akan membiarkan kematian AnakNya – juga keselamatan umatNya bergantung pada kehendak manusia berdosa. Seandainya Yudas dan para pemimpin bangsa Yahudi mengalami perubahan hati dan memutuskan untuk tidak menyalibkan Yesus. Seandainya Yesus hidup di dunia sampai usia tua dan mati secara wajar atau tidak pernah mati. Maka tidak akan ada penebusan dosa dan tidak ada sorga. Maka rencana pemilihan dan penyelamatan yang telah Allah tetapkan akan terhalang.

Allah tidak akan membiarkan keselamatan manusia bergantung pada keadaan. Maka, seperti yang dikatakan oleh Petrus pada hari Pentakosta, Yesus “diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya” (Kisah Para Rasul 2:23). Ketika berbicara tentang kematian Yesus; Herodes, Pontius Pilatus, bangsa-bangsa non Yahudi dan bangsa-bangsa Yahudi telah berkumpul “untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula” (Kisah Para Rasul 4:28). Dengan kata lain, dosa juga ditetapkan oleh Allah. Karena itu, sekali lagi dengan tegas kita mengakui kedau-latan mutlak Allah.

Bila Allah menetapkan dosa saudara-saudara Yusuf dan dosa Yudas, bagai-manakah orang berakal sehat dapat menyetujui bahwa Allah kudus? Bukankah dalam hal tersebut Allah dapat dipersalahkan? Di manakah kebebasan manusia? Apakah manusia hanya merupakan boneka yang dimanipulasi oleh Allah? Di manakah tanggung jawab manusia bila Allah telah menetapkan segala sesuatu terlebih dahulu? Bagaimana menyelaraskan perihal ketetapan Allah sejak semula dengan tanggung jawab manusia?

Allah tidak dapat menetapkan pembunuhan yang terjadi itu lalu kemudian menyalahkan di pembunuh. “Keselamatan jiwa Anda tergantung pada diri Anda. Anda harus menjadi orang percaya. Ini adalah kewajiban dan tanggung jawab Anda. Bila Anda tidak melakukannya, Anda tidak dapat menyalahkan Allah. Anda harus menyalahkan diri Anda sendiri. Tetapi bila Anda menjadi orang percaya, ingatlah bahwa Allahlah yang mengerjakan di dalam Anda baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya” (Filipi 2:12-13). Bila Anda menangkap tujuan hidup ini, ingatlah bahwa Kristus telah lebih dulu menangkap Anda agar Anda dapat menangkap tujuan tersebut (Filipi 3:12). Pada apakah mereka mendasarkan pandangannya? Pada rasio manusia yang mereka miliki atau pada Firman Allah?

Karena, seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan TUHAN dari jalan manusia (Yesaya 55:9). Bila manusia memahami segala sesuatu, maka manusia memiliki pikiran sebesar pikiran Allah. Ketika Ayub tidak memahami mengapa ia mengalami penderitaan-penderitaan yang sangat berat itu dan meragukan kebaikan Allah, Allah bertanya kepada Ayub, “Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi? Ceritakanlah, kalau engkau mempunyai pengertian!” Kemudian Allah melanjutkan untuk menyindir: “Bukankah engkau mengetahuinya?” Untuk menunjukkan betapa kecilnya Ayub, Allah melanjutkan dengan pertanyaan: “Pernahkah dalam hidupmu engkau menyuruh datang dini hari atau fajar kau tunjukkan tempatnya” “Engkaukah yang turun sampai ke sumber laut?”. “Apakah pintu gerbang maut tersingkap bagimu?” “Di manakah jalan ke tempat kediaman terang dan di manakah tempat tinggal kegelapan?” Kemudian Allah melanjutkan dengan jawaban sungguh keras: “Tentu engkau mengenalnya, karena ketika itu engkau telah lahir dan jumlah hari-harimu telah banyak!” (Ayub 38). Ada hal-hal yang hanya diketahui Allah dan tidak akan pernah dapat dipahami oleh manusia karena Allah jauh lebih besar daripada manusia.

Ulangan 29:29, “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.”
Dengan kata lain, karena Alkitab mengajarkan bahwa Allah berdaulat penuh, namun manusia tetap bertanggung jawab atas perbuatannya, kita berusaha menaati semua yang Allah perintahkan.

Meskipun Allah telah menetapkan segala sesuatu, namun doa tetaplah sangat penting dan kita harus senantiasa berdoa, karena kita mengetahui bahwa doa orang benar bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16).
Kita juga harus dengan sungguh-sungguh menaati amanat agung Tuhan Yesus yang memerintahkan kita pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa muridNya (Matius 28:19).

Pola Alkitab menggabungkan Kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia. Roma 6-12, menyatakan jelas tanggung jawab kita, juga kedaulatan Allah, ”Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadah yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu” (Roma 12:1-2). Pemilihan Allah tidak memadamkan inisiatif manusia, tetapi merupakan alas yang mendasari inisiatif manusia.
Kolose 3:12, Paulus menasehati orang-orang percaya di Kolose untuk mengenakan hati yang penuh belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Karena mereka telah dipilih untuk menjadi baik dan kudus, mereka harus hidup sesuai dengan yang diharapkan dari mereka.

1 Tesalonika 5:9, Paulus menganjurkan orang-orang percaya di Tesalonika untuk menguasai diri mereka, karena Allah tidak menetapkan mereka untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus.

2 Tesalonika 2:13-15, Paulus mendorong pembacanya untuk berdiri teguh karena Allah dari mulanya telah memilih mereka untuk diselamatkan.

Dengan kata lain, bagi Paulus, pemilihan Allah bukannya mematikan inisiatif manusia, melainkan mendorong terjadinya tidakan-tindakan baik manusia.

B. Predestinasi
Predestinasi merupakan bagian dari penetapan sejak semula. Penetapan sejak semula adalah rencana Allah untuk segala sesuatu yang terjadi, sedangkan predestinasi adalah bagian dari penetapan tersebut yang menunjuk kepada destini kekal manusia : sorga atau neraka. Predestinasi terdiri dari 2 bagian: penolakan / reprobasi (reprobation) dan pemilihan (election). Pemilihan berkaitan dengan mereka yang menuju ke sorga dan penolakan berkaitan dengan mereka yang menuju ke neraka. Sedangkan reprobasi adalah dekrit Allah yang kekal, berdaulat, tak bersyarat, tidak dapat diubah, bijak, suci dan misterius; di mana, di dalam memilih sebagian orang untuk mendapatkan hidup kekal, Ia membiarkan yang lain, dan dengan adil menghukum mereka karena perbuatan-perbuatan dosa mereka sendiri – semuanya hanya demi kemuliaanNya.

1.Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mengandung kesalahan (ineran) dan tidak mengandung kekeliruan (infalibel) dan merupakan keputusan final untuk semua pengajaran termasuk juga ajaran tentang reprobasi.
Reprobasi berkaitan dengan misteri-misteri ilahi yang tidak dapat dimengerti. Sejak awal, orang Kristen harus memutuskan apa yang akan menentukan jawabannya untuk pertanyaan tentang reprobasi : dengan pikiran-nya sendiri yang terbatas dan berdosa, atau dengan Firman Allah yang infalibel, yang benar di setiap bagian dan setiap detailnya.

2.Allah itu kudus; Ia adalah antitesis mutlak dari dosa dan pembenci kejahatan
a. Pernyataan terbuka bahwa Allah itu kudus :
- Imamat 11:44-45; 19:2; 20:26
- 1 Petrus 1:16 “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus”
- Yosua 24:19 “Dialah Allah yang kudus”
- 1 Samuel 2:2 “Tidak ada yang kudus seperti TUHAN”
- Mazmur 99:5 “Tinggikanlah TUHAN…. Kuduslah Ia!”
- Yesaya 6:3 “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN”
- Yohanes 17:11 “Bapa yang kudus”
b. Allah memerintahkan kekudusan, maka ini merefleksikan naturNya sendiri
- Allah memberikan 10 Hukum Taurat
- Nabi-nabi berulang kali menekankan kekudusan
- Kristus memerintahkan kekudusan
- Para penulis Perjanjian Baru menekankan kekudusan
c. Allah menghukum dosa
Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, orang dihukum karena dosa mereka.
Neraka yang kekal ada karena manusia tidak kudus.
d. Allah memberi upah kepada kekudusan
- Lukas 6:35 “Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik… maka upahmu akan besar…”
- 1 Korintus 3:8 “Masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya
sendiri”
e. Allah menghukum Kristus sebagai ganti orang berdosa. Itu karena Allah kudus
sehingga Ia tidak memperkenankan dosa berjalan tanpa dihukum jika umat Allah mau
ke sorga. Maka Ia harus menghukum Kristus demi menjadikan umat pilihanNya kudus.

3. Sekalipun dosa dan ketidakpercayaan berlawanan dengan perintah-perintah Allah (kehendak preseptifNya), Allah telah memasukkannya juga di dalam dekritNya yang berdaulat.
Bagaimana mungkin Allah yang suci, yang membenci dosa, tetapi justru memastikan dan secara efektif mendekritkan bahwa dosa harus ada? Hal ini tidak masuk akal, maka, tanpa menguji Alkitab, mereka langsung membuangnya sebagai kontradiksi terhadap tesis kedua. Logika mereka, dan bukannya Alkitab, telah menjadi penentu akhir kebenaran reprobasi ini. Itu alasannya mengapa penting sekali menyakini untuk percaya pada tesis pertama terlebih dahulu.

Ada dua point penting, sebelum memaparkan bukti-bukti Alkitab, yang menyatakan bahwa dosa tidak berada di luar kedaulatan Allah dan merupakan kehendak dekritif Allah.

a. Segala hal yang terjadi setiap waktu dan di sepanjang sejarah di bumi ini ada karena Allah menetapkan mereka. Termasuk dosa – kejatuhan Iblis dari sorga, kejatuhan Adam, pengkhianatan Yudas – termasuk di dalam dekrit kekal Allah kita yang suci.

b. Dosa masuk karena izin Allah yang efektif (permissio efficax), bukan hanya telah diketahui terlebih dahulu oleh Allah, tetapi dosa juga telah ditetapkan sejak semula oleh Allah.

Alkitab memaparkan lebih dari seratus contoh bagaimana dosa diizinkan (Yosua 11:20; Ulangan 2:30; Keluaran 4:21; 7:3; 9:12; 10:1-27; 11:10; 14:4-17; Roma 9:18; Hakim-Hakim 3:8; 2 Raja-Raja 24:2; 2 Tawarikh 24:2; 28:5; 33:11; Ayub 1:21; Yesaya 5:25-29; Yesaya 10:5-6; Yeremia 25:8-11; Yeremia 51:20-23; Ratapan 1:17; Hakim-Hakim 9:22-23; 1 Samuel 16:14; 1 Raja-Raja 22:23; 2 Tawarikh 18:21; 1 Samuel 2:28; 2 Samuel 12:11-12; Mazmur 105:24-25; Amsal 16:4; 2 Tesalonika 2:11-12; dsb). Daftar di bawah ini cukup panjang, namun belum dapat dikatakan bahwa itu sudah mencakup keseluruhannya.

1. Kisah Para Rasul 2:23 “Dia [Yesus] yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya”. Dengan jelas mengajarkan bahwa Allah mendekritkan hal dosa, tetapi dalam kalimat yang sama, Alkitab menumpahkan kesalahan pada manusia. Logika kita akan mengajar kita untuk mempersalahkan Allah. Ia yang melakukan; maka itu kesalahanNya. Tetapi melalui wahyu Roh Kudus, Petrus berkata, “Telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.” Mereka adalah bangsa durhaka – mereka dipersalahkan. Di sini terlihat asimetri alkitabiah yang menakjubkan : Allah menetapkan dosa, dan manusia yang bersalah. Kita sulit mengerti hal ini, tetapi kita dapat kembali pada tesis pertama : “Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mengandung kesalahan (ineran) dan tidak mengandung kekeliruan (infalibel) dan merupakan keputusan final untuk semua pengajaran termasuk juga ajaran tentang reprobasi.”

2. Kisah Para Rasul 4:27-28 “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu”. Pada ayat sebelumnya, Kisah Para Rasul 4:25-26 “.. rusuh bangsa-bangsa…para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang DiurapiNya”, menunjukan bahwa dosa ini merupakan apa yang Allah tentu-kan dari semula oleh kuasa dan kehendakNya dan bahwa mereka sekedar melakukan apa yang “telah ditentukan” harus terjadi.

3. Kisah Para Rasul 3:18 “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankanNya dahulu dengan perantaraan para nabi-nabiNya, yaitu bahwa Mesias yang diutusNya harus menderita”. Segala sesuatu, termasuk dosa, boleh berlangsung oleh karena Allah – tanpa Allah merusak kekudusanNya.

4. Lukas 22:22 “Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!”. Berulang kali manusia ingin mengatakan bahwa jika Allah berdaulat, manusia tidak perlu bertanggungjawab; atau manusia ingin menekankan tanggung jawab dan membuang kedaulatan Allah. Berulang kali juga Alkitab menempatkan keduanya secara bersamaan. Maka menjadi tugas orang Kristen untuk menerima keduanya, menyadari bahwa pikiran Allah jauh lebih tinggi daripada pemikiran manusia, bagaikan langit lebih tinggi daripada bumi.

5. Kejadian 45:5-8 “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selam lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjaminkelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar daripadamu tertolong. Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempat-kan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.”

6. Kejadian 50:19-20 “Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: Janganlah takut, sebab aku inikan pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakan untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” Allah, yang membenci dosa, telah secara efektif menggunakan dosa untuk menggenapkan rencanaNya.

4. Secara historis, banyak, tetapi tidak semua, theolog membicarakan reprobasi dalam dua bagian, yaitu preterisi/pelewatan dan penghukuman
1. Preterisi (dari kata Latin praeter [oleh/melalui] dan ire [pergi]) yang berarti melewati. Di dalam menetapkan beberapa orang yang akan diselamatkan, Allah telah memilih beberapa orang dan melewatkan yang lain.
2. Penghukuman, merekan yang dilewatkan oleh Allah akan dihukum secara kekal oleh karena dosa-dosa mereka sendiri

5. Reprobasi sebagai preterisi adalah tanpa syarat, dan sebagai penghu-kuman adalah bersyarat.
1. Preterisi yang tanpa syarat
Sama seperti pemilihan tanpa syarat, Allah tidak memilih orang karena Ia telah melihat terlebih dahulu siapa saja yang mau menerima Yesus, demikian pula preterisi bersifat tanpa syarat. Sama seperti alasan pemilihan ada di dalam diri Allah sendiri saja – dan tidak pernah di dalam manusia – demikian pula alasan preterisi hanya ada dalam diri Allah saja dan tidak dalam manusia.

Satu-satunya alasan yang diberikan bagi pemilihan Yakub dan melewatkan Esau ada pada Allah dan bukan pengetahuan intelektual yang Allah miliki terlebih dahulu tentang kebaikan atau kejelekan yang akan mereka lakukan. Roma 9:13, “Aku mengasihi yakub, tetapi membenci Esau”, bukan karena perbuatan, tetapi hanya karena Dia seseorang dipanggil “yang tua akan melayani yang lebih muda”. Sama seperti Yakub, yang tidak melakukan perbuatan baik apapun juga, telah dibawa masuk ke dalam kasih karunia, demikian pula Esau, yang belum melakukan kejahatan apapun juga, telah dibenci.

Apakah Allah tidak adil? Roma 9:15-16, “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku akan bermurah hati”, Roma 9:18, “Ia [Allah] menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”. Kembali Ia mempertanyakan (ay 19): “Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?” (baca Roma 9)

Kesalahan ini sepenuhnya ada pada manusia, dan Paulus tidak akan mempertanyakan keadilah Allah. Pertanyaan tentang ketidakadilan ini hanya akan masuk akal apabila berdasarkan apa yang dengan benar Paulus katakan, yaitu bahwa pilihan dan reprobasi tidak “tergantung pada kehendak manusia atau usaha manusia” dan bahwa Allah “menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”.

2. Penghukuman yang bersyarat
Reprobasi sebagai penghukuman adalah bersyarat dalam pengertian bahwa sekali seseorang dilewatkan, ia dihukum oleh Allah karena dosa-dosa dan ketidakpercayaannya. Sekalipun segala hal – termasuk ketidakpercayaan dan dosa – muncul dari dekrit kekal Allah, manusia tetap akan dituduh karena dosa-dosa mereka, Manusia tetap bersalah; semua perbuatan itu adalah kesalahannya dan bukan kesalahan Allah.

6. Preterisi adalah sisi balik dari pemilihan.
Jika Allah memilih sebagian, maka ia niscaya melewatkan yang lainnya. Sesungguhnya, banyak orang, seolah-olah berharap bisa menyingkirkan kemarahan Allah, menerima pemilihan dalam pengertian sedemikian rupa sambil menyangkal bahwa ada orang yang akan dihukum. Namun mereka telah bersikap sedemikian bodoh dan kekanak-kanakan, karena pemilihan pada dirinya sendiri tidak dapat berdiri tanpa dipertentangkan dengan reprobasi.

7. Allah tidak secara efektif menyebabkan dosa dan ketidakpercayaan dengan cara yang sama seperti Ia secara efektif menyebabkan perbuatan baik dan iman.
Semua hal dan peristiwa ditetapkan oleh Allah. DekritNya secara efektif menjadikan segala sesuatunya. Allah, pada hakekatnya tidak menyukai dosa yang telah Ia tetapkan seperti Ia menyukai hal yang baik yang ia tetapkan. Allah bersukacita dalam mengirimkan Roh kudus untuk tinggal di dalam umatNya dan meneguhkan kesatuan rohani antara mereka dan Kristus, sementara pada kasus kaum reprobat, Allah tidak mengirimkan Iblis untuk tinggal di dalam mereka dan menegakkan kesatuan spiritual antara mereka dan Iblis. Sekalipun Roh Kudus merupakan Sumber dari iman dan kekudusan yang akan segera timbul, tidak demikian dengan Iblis, tidak ada kesetaraan sumber yang menghasilkan ketidakpercayaan dan kejahatan.
Sekalipun Allah dan Iblis menghendaki hal yang ‘sama’, tapi mereka melakukan hal itu dengan maksud yang sama sekali berbeda.

8. Keberatan-keberatan terhadap pengajaran tentan reprobasi biasanya lebih disebabkan oleh rasionalisme skolastis daripada ketaatan yang rendah hati kepada Firman TUHAN.
Pertanyaannya sekarang : Apa yang Alkitab katakan?, bukan : Bagaimana akal budi saya yang terbatas ini bisa mengertinya? Apa yang berkontradiksi dan apa yang tidak? Betapa jahatnya memang kegilaan manusia, yang ingin menaklukkan hal-hal yang tidak terukur ke bawah ukuran rasionya sendiri yang begitu kecil!
Sikap kita terhadap rahasia yang besar tentang reprobasi dan kasih Allah haruslah seperti Paulus ketika ia mengatakan, “Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapa engkau membentuk aku demikian?’” (Roma 9:20). Dan “O, alangkah dalamnya kekayaan hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!” (Roma 11:33).
Kita hanya perlu mengikutinya dan percaya, sekalipun ketika kita tidak dapat memahaminya, dan bahkan jika hal itu kelihatannya berkontradiksi di dalam pikiran kita yang kecil ini.

9. Merupakan sikap yang salah apabila mengharapkan Alkitab memberikan bahasan theologis yang sistematis tentang reprobasi.
Tujuan Alkitab adalah menunjukkan kepada manusia bagaimana ia bisa diselamatkan dan bagaimana harus hidup. Sama halnya dengan pengajaran tentang Trinitas atau tentang natur Kristus, tetapi fakta-faktanya memang ada di seluruh Alkitab tersebut.
Tidak ada satu tempat tertentu dalam Alkitab yang secara sistematis dan theologis menyatakan bahwa terdapat dua bagian dalam reprobasi, bahwa reprobasi merupakan sisi sebaliknya yang niscaya dari pemilihan, bahwa dari sejak kekekalan Allah telah menetapkan terlebih dahulu adanya orang-orang yang tidak percaya dan neraka, bahwa orang-orang berdosa pasti akan dihukum karena dosa-dosa mereka sendiri.

10. Seseorang tidak mengetahui bahwa ia adalah seorang reprobat, tetapi ia bisa mengetahui bahwa ia adalah seorang pilihan.
Tidak ada satu cara bagi manusia untuk mengetahui bahwa ia telah terhilang secara kekal, karena selalu ada kemungkinan ia bisa berpaling kepada Kristus sampai pada titik kematiannya.

Di pihak lain, memang dimungkinkan bagi seseorang untuk mengetahui bahwa ia adalah umat pilihan. Jika ia percaya dengan tulus kepada Yesus Kristus, maka ia mengetahui bahwa ia telah diselamatkan.

Yohanes menuliskan: “Semuanya ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yohanes 5:13).
Dan jika seseorang diselamatkan, ia adalah seorang pilihan, karena Allah memilih dia untuk diselamatkan (2 Tesalonika 2:13) dan telah mempredestinasi dia untuk diangkat sebagai anak Allah (Efesus 1:5).

11. Reprobasi harus diberitakan.
Satu hukum yang penting adalah memberikan penekanan dan proporsi yang sama kepada reprobasi dan pemilihan seperti yang diberikan Alkitab. Pusat dari Alkitab adalah berita baik tentang Juruselamat, sorga, dan pemilihan. Berita keselamatan muncul di setiap halaman Alkitab, maka kita harus memberikan tekanan yang setara pada reprobasi.

12. Ketidaktahuan adalah hikmat.
Ketidaktahuan adalah hikmat; memaksa untuk tahu adalah suatu kegilaan. Biarlah kita tidak perlu malu karena tidak mengetahui sesuatu hal di dalam perkara ini, karena ada suatu ketidaktahuan tertentu yang bijak.

Alkitab adalah Firman Allah yang tidak mengandung kesalahan (ineran) dan tidak mengandung kekeliruan (infalibel) dan merupakan keputusan final untuk semua pengajaran termasuk juga ajaran tentang reprobasi. Pencobaannya adalah usaha untuk menerima hanya apa yang disetujui logika kita ketimbang apa yang Alkitab ajarkan. Kita harus menerimanya dengan iman

Segala sesuatu yang Allah nyatakan adalah bermanfaat dan harus dipelajari. Maka, sasaran kita di dalam pengajaran tentang reprobasi harus berjalan sejauh apa yang Alkitab lakukan, tetapi tidak melebihi hal itu.

C. Pemilihan tanpa syarat
Pemilihan bersyarat adalah pemilihan yang didasarkan pada suatu yang ada pada orang yang dipilih. Misalnya, pemilu adalah pemilihan bersyarat, pemilih memberikan suara berdasarkan sesuatu yang dimiliki atau dijanjikan oleh para calon.

Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman menafsirkan bahwa Allah sudah melihat sebelumnya siapa yang akan percaya kepada Kristus, dan berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikiNya terlebih dulu, Allah menetapkan pilihan atas orang-orang yang akan masuk sorga. Mereka percaya bahwa manusia natural yang belum dilahirkan kembali memiliki cukup kebaikan sehingga Roh Kudus menolongnya, ia akan mempunyai keinginan untuk memilih Yesus. Manusia memilih Allah, dan kemudian Allah memilih manusia. Pemilihan Allah bersyaratkan pilihan manusia.

Allah tidak pernah mendasarkan pilihanNya pada apa yang manusia pikirkan, katakan, lakukan, atau pada keberadaan manusia. Kita tidak mengetahui pada apa Allah mendasarkan pilihanNya, tapi dasar pemilihan Allah bukanlah sesuatu yang ada pada manusia. Allah tidak melihat sesuatu yang baik pada diri seseorang, sesuatu yang dilakukan oleh orang tersebut yang menyebabkan Allah mengambil keputusan untuk memilih dia.

Bukankah pemilihan Allah ini sungguh luar biasa? Seandainya pemilihan Allah atas orang-orang yang masuk ke sorga didasarkan pada sesuatu yang harus ada pada kita, siapakah yang akan diselamatkan? Siapakah yang layak berdiri di hadapan Allah dan mengatakan bahwa ia pernah melakukan satu kebaikan yang benar-benar baik menurut pengertian terdalam dari kata tersebut? Efesus 2 dan Roma 3, “kita semua telah mati dalam dosa dan pelanggaran kita, tak ada orang yang berbuat baik, seorangpun tidak”. Bila pemilihan Allah didasarkan hanya pada satu kebaikan yang terdapat dalam diri kita, maka tak ada seorangpun yang akan dipilih. Tak seorangpun yang dapat masuk ke sorga; semua akan masuk ke neraka, karena tak ada seorangpun yang baik. Maka bersyukurlah kepada Allah atas pemilihanNya yang tanpa syarat.

II. DASAR-DASAR ALKITAB MENGENAI PEMILIHAN ILAHI
A. Yohanes 6:37,39
“Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang… Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”

Keselamatan sepenuhnya terletak di dalam tangan bapa. Bapalah yang memberikan mereka kepada Yesus untuk diselamatkan. Sekali mereka telah diberikan kepada Yesus, Yesus akan menjaga sehingga tak satupun dari mereka yang akan terhilang. Ini adalah pemilihan tanpa syarat.

B. Yohanes 15:16
“Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Kebenaran yang ultimat adalah bahwa Kristus yang memilih manusia, dan setelah itu barulah manusia memilih Kristus dan percaya. Kita mungkin beranggapan bahwa kita melakukan semua kebaikan di dalam hidup ini, seperti percaya kepada Kristus; tetapi kita perlu ingat bahwa “Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya” (Filipi 2:13).

“Kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yohanesn 4:19). Kasih Allah mandahului kasih manusia. Inilah pemilihan kasih Allah yang berdaulat untuk memilih.

C. Kisah Para rasul 13:48
“Dan semua orang ditentukan Allah untuk hidup kekal, menjadi percaya”. Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman menerjemahkan “Dan semua orang yang percaya, ditetapkan Allah untuk menerima hidup kekal”. Ini merupakan pelanggaran yang serius terhadap Firman Tuhan. Kejelasan ayat ini begitu mencengangkan.

D. 2 Tesalonika 2:13
“Akan tetapi kami harus selalu mengucapkan syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuha, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai.” Pertama-tama perhatikan bahwa umat Kristen di Tesalonika ”dikasihi oleh” Tuhan. Ini sudah merupakan kasih yang memilih. Allah tidak pernah menyebut Yudas atau dunia yang menolakNya sebagai “yang dikasihi oleh Tuhan”.

Pemilihan Allah tidak bergantung pada apapun yang ada dalam diri manusia, baik itu kekudusannya ataupun imannya. Pemilihan Allah adalah tanpa syarat.

E. Efesus 1:4-5
“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya.”

Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman mencoba memberi alasan bahwa Allah memang telah menentukan sejumlah orang dari semula, tetapi penentuan Allah ini berdasarkan pada pengetahuan yang telah Allah miliki terlebih dahulu tentang siapa yang akan percaya. Sehingga keputusan tersebut sebenarnya tergantung pada manusia, bukan pada Allah.

Paulus tidak mengatakan bahwa Allah memilih kita karena kita kudus, melainkan supaya kita kudus dan tak bercacat. Dan kekudusan meliputi iman, karena tanpa iman tidak ada kekudusan. Iman juga merupakan pemberian Allah dan bukan hasil usaha manusia (Efesus 2:8).

Kata “kehendakNya” menunjukan lebih kuat lagi kebebasan dari pemilihan Allah, fakta bahwa alasan-alasan pemilihan itu sepenuhnya terletak pada kehendak Allah.

F. Roma 8:29-30
“Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya,… dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.

Apa yang dinyatakan oleh Paulus dalam Roma 8 ini adalah bahwa terdapat sebuah rantai emas keselamatan yang dimulai dengan kasih Allah yang kekal, yang menentukan pilihan, dan dilanjutkan secara tak terputus melalui penetapan, panggilan efektif, pembenaran, sampai pada pemuliaan final di sorga.

Puji syukur kepada Tuhan yang telah memberi kepada kita rantai keselamatan yang tidak terputus. Semua orang yang percaya kepada Kristus dapat merasa yakin bahwa ia berada dalam rantai keselamatan ini.

G. Roma 9:6-26
Pernyataan Alkitab yang paling jelas menerangkan mengenai pemilihan tanpa syarat terdapat di Roma 9. Indikasi pertama dapat kita lihat pada Roma 9:7, di mana Paulus menulis tentang pemilihan berdaulat dari Allah terhadap Ishak dan bukan Ismael. Allah berfirman dengan kedaulatanNya dan dalam pemilihanNya; “Yang berasal dari Ishak yang akan disebut keturunanmu”

Kemudian Paulus menunjuk kepada pemilihan berdaulat yang sama dalam kasus Esau dan Yakub. Allah dalam kedaulatanNya memilih Yakub dan melewatkan Esau. Roma 9:11, Allah memberitahukan pilihanNya kepada Ribka sebelum kedua anak itu dilahirkan dan sebelum mereka melakukan sesuatu yang baik atau yang jahat. Tuhan melakukan ini supaya rencana tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya. Untuk menandaskan kedaulatan pemilihan ini, Tuhan berfirman: “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau” (Roma 9:13).

Apakah Allah tidak adil? (Roma 9:14), Mustahil! Jangan pernah berkata atau berpikir bahwa Allah tidak adil. Dia adalah Allah yang kudus dan suci dan tidak pernah tidak adil walau sekejap pun.

“Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku mau bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati” (Roma 9:15), kemudian ayat 16 “jadi hal itu tidak bergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah”. Dilanjutkan di ayat 18, “Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya”
Ia bebas untuk mengasihi siapa yang ingin Ia kasihi dan melewatkan yang lain, bukan karena kebaikan atau keburukan yang ada pada diri manusia, tetapi karena alasan-alasan baik yang Ia miliki sendiri. Keselamatan bergantung sepenuhnya kepada Allah yang bermurah hati.

III. BEBERAPA PENJELASAN
A. Apakah sebagian orang yang suka memilih manusia sebagai faktor penentu keselamatannya, berhasil menyelesaikan permasalahannya?
Mereka adalah sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman, ingin mempertahankan kebebasan manusia. Mereka berpandangan bahwa bila Allah telah terlebih dahulu menentukan segala sesuatu, maka manusia tidak mempunyai kebebasan dan tanggung jawab. Maka dari itu, mereka memilih mengurangi rencana Allah yang menentukan dan memberi bidang tertentu di mana manusia memiliki kebebasan dan bertindak terlepas dari Allah.

Mereka berpendapat bahwa Allah telah mengetahui terlebih dahulu semua peristiwa yang akan terjadi. Allah tidak memilih siapa yang akan percaya kepada Kristus, tetapi Allah telah mengetahui pilihan apa yang diambil oleh setiap orang, karena Allah mahatahu. Bila Allah telah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi sebagaimana diyakini mereka, maka segala sesuatu yang telah diketahui itu pasti terjadi, dan tidak ada alternatif lain.

Akhirnya kembali seperti keyakinan kita semula, bahwa Allah telah mengetahui terlebih dahulu segala sesuatu, peristiwa-peristiwa masa depan sudah pasti, dan manusia memiliki tanggung jawab untuk melakukan yang benar.

Maka dari itu, kita harus berani menyatakan bahwa Allah adalah mahakuasa dan mengendalikan semua peristiwa, bukan manusia yang mengendalikan, kita juga harus berani menerima Allah sebagai Allah sejati, Allah yang mahakuasa dan bukan Allah yang setengan berkuasa.

B. Manusia memiliki kebebasan
Manusia seratus persen bebas, bebas sepenuhnya untuk melakukan apa yang diinginkannya. Allah tidak memaksa kita melawan kehendak kita sendiri. Justru karena manusia itu bebas, maka ia adalah budak. Justru karena manusia melakukan apa yang diinginkannya, maka ia tidak memiliki kehendak bebas; maksudnya, manusia sama sekali tidak mampu memilih dengan sama baiknya antara yang baik dan yang buruk.

Orang yang belum percaya adalah orang yang bebas. Ia melakukan apa yang dikehendakinya, menuruti keinginan hatinya. Karena hatinya rusak dan cenderung kepada segala jenis kejahatan, maka ia dengan bebas melakukan apa yang ia inginkan, yaitu : dosa. Ia membenci Allah trinitas dan semua yang berhubungan dengan Allah. Karena itu, dalam kenyataannya, ia tidak akan pernah memilih Allah. Ia tidak dapat memilih Allah karena ia tidak mau. Dan karena orang yang belum dilahirkan kembali adalah orang yang bebas, maka ia adalah budak. Ia adalah budak Iblis dan keinginan-keinginannya sendiri yang jahat dan ia tidak dapat melayani Allah.

Secara historis, istilah pelaku bebas telah digunakan di dalam theologi untuk menyatakan bahwa manusia bebas untuk melakukan apa yang ingin ia lakukan; dan istilah kehendak bebas telah digunakan untuk menunjukkan suatu jenis kebebasan yang tidak dimiliki oleh siapapun – yaitu kemampuan atau kebebasan untuk memilih antara kebaikan atau kejahatan, antara percaya kepada Kristus atau menolak Kristus.

Orang Kristen juga tidak mempunyai kehendak bebas. Secara teknis, ia memiliki opsi eksternal untuk memilih antara menerima Kristus atau menolak Kristus, tetapi pada dasarnya ia tidak memiliki pilihan tersebut. Kristus tidak akan mengijinkan mereka menolakNya. Semua yang diberikan Bapa kepada Kristus akan datang kepadaNya. Siapapun tidak dapat merebut mereka dari tangan kristus (Yohanes 6:37,39).

Jadi, jika kamu adalah seorang Kristen sejati, bersyukurlah karena kita tidak akan sanggup, walau sedetikpun, untuk berpaling dari Yesus Kristus. Ternyata pemilihan tanpa syarat ini tidak mengerikan seperti yang kita duga, bukan?

C. Dalam predestinasi setiap orang memperoleh apa yang diinginkannya
Kadang-kadang orang mengeluh bahwa predestinasi adalah sebuah doktrin yang sangat keras, yang memaksa seseorang untuk melakukan hal yang tidak diinginkannya. Mereka berpendapat, jikalau seseorang ingin percaya, ia tidak dapat melakukannya kecuali bila Allah telah menetapkan dia untuk percaya; dan kalau orang itu tidak mau percaya, Allah akan memaksa dia masuk ke dalam sorga. Jadi, apa gunanya menjadi percaya?

Setiap orang akan mendapatkan persis apa yang diinginkannya. Untuk menandaskannya bisa dikatakan seperti ini: orang-orang yang berada di neraka bersukacita karena mereka ada di sana. Tidak ada seorangpun berada di neraka di luar kehendak orang bersangkutan. Semua sangat senang berada di sana. Jangan salah memahami pernyataan ini. Orang-orang yang berada di neraka mengetahui bahwa setelah mati manusia akan masuk sorga atan neraka. Mereka tidak menyukai neraka, kalau tidak demikian tempat itu bukan neraka namanya. Neraka adalah tempat di mana cacing-cacingnya tidak dapat mati dan apinya tidak pernah padam. Yang ada di sana hanya kesengsaraan dan siksaan. Sehingga orang-orang yang berada di sana tidak menyukai tempat itu. Tetapi mereka lebih tidak menyukai Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Tempat yang paling tidak mereka inginkan adalah sorga. Mereka tidak dapat menerima ide tentang keharusan untuk bertobat dari dosa-dosa mereka serta mengasihi Allah dan sesama manusia lebih dari mengasihi diri mereka sendiri. Dengan demikian, memang benar bahwa setiap orang memperoleh apa yang ia inginkan; orang-orang Kristen senang bersama Allah dan orang-orang yang berada di neraka senang bahwa mereka tidak bersama Allah.

Bila seorang non-Kristen mengeluhkan pengajaran predestinasi, ini biasanya merupakan rasionalisasi yang munafik untuk menolak Kristus. Apakah yang Anda inginkan? Apakah Anda menyesali dosa-dosa Anda? Apakah Anda percaya Kristus adalah Juruselamat Anda? Apakah Anda mengasihi Allah dan ingin masuk ke sorga?

Bila Anda memberi jawaban “Ya” terhadap semua pertanyaan ini, maka Anda seharusnya tahu bahwa Anda sudah menjadi seorang Kristen, Anda telah percaya kepada Tuhan. Dan Yesus Kristus berkata: “Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang”. Anda memperoleh apa yang Anda inginkan.

Bila Anda menjawab “Tidak”, “Kalau begitu, mengapa Anda mengeluh? Anda mendapatkan yang Anda inginkan. Anda tidak mau bertobat, Anda tidak mau menerima Kristus, Anda tidak ingin masuk sorga. Nah, Anda telah mendapatkan yang tepat sesuai dengan keinginan Anda.

PENEBUSAN TERBATAS (Limited Atonement)

Posted by David Budiono Labels:

I. POKOK PERMASALAHAN
Bagi siapa Kristus mati? Dosa-dosa siapakah yang sebenarnya ditebus oleh Kristus? Bagi siapakah Kristus turun ke alam maut?
Siapakah yang diperdamaikan Kristus dengan Allah? Siapakah yang digantikan Kristus? Apakah maksud dan tujuan Kristus dalam mengorbankan diriNya dengan mati di salib? Apakah untuk menyelamatkan semua orang ataukah hanya orang-orang yang dipilih Allah? Selama berabad-abad orang-orang Kristen ortodoks menjawab pertanyan-pertanyaan ini dengan dua cara yang berbeda.

Pendapat pertama berpendapat bahwa Kristus mati untuk seluruh dunia, termasuk Esau dan Yudas, juga menebus kaum reprobat (orang-orang yang tidak dipilih atau dilewatkan Allah), yang secara sadar menolak Dia, orang-orang yang menuju ke neraka. Mereka membuat perbedaan antara apa yang Kristus lakukan (Ia mati bagi semua orang) dan apa yang Kristus capai (tidak semua orang diselamatkan). Berarti, Ia ingin menyelamatkan semua orang, tetapi hanya sebagian saja yang diselamatkan. Dengan demikian, sebagian dari darahNya menjadi mubazir; darah itu tertumpah dengan sia-sia. Mereka menyatakan bahwa Allah menawarkan kepada orang berdosa pengampunan berdasarkan kematian Kristus, tetapi orang berdosa yang dihukum itu dapat menolak pengampunan yang ditawarkan Allah. Tetapi orang yang menolak pengampunan – baik pengampunan dari Allah atau dari seorang Presiden – sungguh adalah orang yang sangat bodoh.

Untuk mendukung pendapatnya, mereka menunjukkan pada ayat-ayat dari 1 Yohanes 2:2, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”; 2 Korintus 5:14, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang…”; dan Yohanes 4:42, “Dialah benar-benar Juruselamat dunia.”

Sebaliknya, pendapat kedua menyatakan bahwa Kristus mati hanya bagi orang-orang percaya, yaitu kaum pilihan, hanya bagi orang-orang yang akan diselamatkan secara aktual dan masuk ke sorga. Menurut mereka, Kristus nermaksud dan bertujuan agar penebusanNya melunasi dosa-dosa dari orang-orang yang diberikan oleh Bapa kepadaNya saja (Yohanes 6:37-40). Mereka berpendapat bila Kristus menanggung hukuman dosa semua orang, maka semua orang tentu diselamatkan. Ternyata banyak orang-orang yang masuk neraka. Mereka merujuk kepada ayat-ayat berikut yang menyatakan behwa Kristus mati bukan untuk semua orang, tetapi untuk “umatNya” (Matius 1:21); “domba-dombaNya” (Yohanes 10:15, bandingkan 10:26); “sahabat-sahabatNya” (Yohanes 15:13), “jemaatNya/gerejaNya” (Kisah Para Rasul 20:28); “mempelai wanitaNya” (Efesus 5:25).

Bila mereka menggunakan istilah terbatas, bukan berarti penebusan Kristus terbatas dalam kemampuanNya untuk menyelamatkan manusia, sebaliknya mereka percaya bahwa penebusan Kristus tak terbatas kuasaNya, bahwa Kristus menyelamatkan dengan sempurna dan penebusan Kristus memiliki harga dan nilai yang tidak terbatas. Tetapi terbatas di sini artinya Kristus bertujuan dan sesungguhnya menghapus dosa dari sejumlah orang tertentu – yaitu orang-orang yang dikasihi Allah dengan kasih khusus sejak kekekalan. Terbatas di sini dapat menggunakan istilah “tertentu” atau “khusus”.

II. JAWABAN ALKITAB
Dalam Yohanes 10, Yesus menggunakan ilustrasi gembala dan kawanan dombanya. Ia mengatakan bahwa Ia adalah gembala dan Ia memiliki kawanan domba. Ia mengenal domba-dombaNya dan domba-dombaNya mengenal Dia. Mereka mendengar suaraNya dan mengikutNya dan Ia memberikan kepada mereka hidup yang kekal sehingga mereka tidak akan binasa. Yesus berkata Ia memberikan nyawaNya: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yohanes 10:11). Dalam ayat 15 Ia berkata lagi, “Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu”. Dilanjutkan lagi dalam ayat 26, Ia berkata kepada orang-orang yang tidak percaya kepadaNya bahwa mereka tidak termasuk domba-dombaNya. “Tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-dombaKu”, kata Yesus kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu. Dengan kata lain, mereka tidak termasuk dalam kawanan dombaNya, yang baginya Yesus akan memberikan nyawaNya, seperti yang telah Ia katakan sebelumnya. Inilah penebusan terbatas.

Dalam Efesus 5:25-27, Paulus menasihatkan para suami dalam jemaat Efesus untuk mengasihi istri-istri mereka “sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya.” Bagi gerejalah Kristus menyerahkan diriNya. Selain itu “untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya”. Ada kesatuan yang tak terpisahkan antara kematian Kristus bagi gerejaNya dan pengudusan serta penyucianNya atas gereja. Orang-orang yang baginya Kristus telah mati juga Ia kuduskan dan sucikan. Karena dunia ini tidak dikuduskan dan disucikan.

A. Pemilihan Allah Bapa
Alkitab berkali-kali menyatakan bahwa Allah tidak mengasihi semua orang dengan kasih yang sama. “Hanya kamu yang Kukenal dari segala kaum di muka bumi” (Amsal 3:2); “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula” (Roma 8:29); “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau” (Roma 9:13). Pernyataan “dikasihi Allah” tidaklah ditujukan bagi seluruh dunia, tetapi hanya bagi orang-orang kudus di Roma (Roma 1:70; Kolose (Kolose 3:12); Tesalonika (1 Tesalonika 1:4; 2 Tesalonika 2:13) dan bagi orang-orang Kristen penerima surat Yudas (ayat 1).

Karena Allah telah mengasihi orang-orang tertentu dan bukannya semua orang, karena Ia secara berdaulat dan pasti telah menentukan supaya orang-orang ini diselamatkan, maka Ia mengutus AnankNya untuk mati bagi mereka, untuk menyelamatkan mereka, dan bukan seluruh dunia.

Kerena begitu besar kasih Allah akan dunia kaum pilihan yang berdosa ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya dunia tersebut bisa diselamatkan melaluiNya (Yohanes 3:16-17). Di sini kata “dunia” tidak berarti setiap orang, kaum pilihan dan kaum reprobat; yang dimaksudkan dengan “dunia” di sini adalah orang-orang dari seluruh suku dan bangsa.

Karena Bapa telah memberikan kepada Yesus sejumlah orang yang diselamatkan, maka Yesus datang ke dunia untuk mengorbankan diriNya bagi mereka (Yohanes 6:37-40). Yesus mempunyai tujuan yang tertentu dan pasti, yang selaras dengan tujuan Bapa. Yesus menyatakan bahwa tujuanNya bukan untuk mati bagi setiap orang di dunia, tetapi supaya “semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu” (ayat 37). Tujuan Yesus turun dari sorga (ayat 38), serta kehendak Allah bukanlah supaya senua orang diselamatkan, tetapi supaya dari semua yang diberikan Bapa kepada Yesus, jangan ada yang hilang (ayat 39).

1 Yohanes 4:10, “Allah yang telah mengasihi kita dan telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”, istilah “kita” tidak berarti dunia, melainkan orang-orang yang dosa-dosanya telah diampuni (1 Yohanes 2:12), yang telah mengalahkan yang jahat (1 Yohanes 2:13), yang menjadi anak-anak Allah (1 Yohanes 3:1-2). Dengan kata lain, Kristus mati hanya bagi Anak-anak Allah, orang-orang yang dikasihi Allah dengan kasih yang khusus.

Roma 8:28-33, mungkin merupakan ayat yang paling jelan menunjukkan hubungan erat dan niscaya antara pemilihan terbatas dan penebusan terbatas. Ayat 28, Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatang kebaikan, bukan bagi seluruh dunia, tetapi bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Ayat 29-30, janji-janji Allah hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang dipilihNya dari semula, yang ditentukanNya dari semula dan yang dibenarkanNya serta dimuliakanNya. Ayat 32, Ia, yang tidak menyayangkan AnankNya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? “Kita semua” di sini dimaksudkan untuk siapa Kristus mati, yaitu untuk umat Allah yang disebut Paulus pada ayat-ayat sebelumnya. Ayat 33, “Siapakah yang menggugat orang-orang pilihan Allah?” Maksudnya tidak ada yang menggugat orang-orang pilihan Allah karena Kristus telah mati bagi mereka.

Syukur kepada Allah Bapa atas kasihNya yang kekal, yang telah memilih kita, dan kepada Alah Anak yang telah mati untuk menebus kita. Alkitab mengajarkan bahwa tujuan dari predestinasi yang ditetapkan Allah Bapa dan penebusan yang dilakukan Allah Anak adalah satu, yaitu untuk keselamatan orang-orang pilihan Allah. Dengan kata lain, penebusan terbatas didasarkan pada pemilihan tanpa syarat.

B. Pemilihan Allah Anak
Untuk menjawab pertanyaan: “Bagi siapa Kristus mati?”, Alkitab menjelaskan tentang kematian Kristus sedikitnya dengan empat cara yang berbeda.

1. Ia mempersembahkan diriNya sebagai korban penghapusan dosa-dosa sebagai ganti
kita (Ibrani 9-10)
2. Ia menjadi pendamaian bagi kita dengan memuaskan murka Allah yang adil (Roma
3:25; Ibrani 2:17; 1 Yohanes 2:2; 4:10)
3. Ia memperdamaikan umatNya dengan Allah – maksudnya Ia melenyapkan perseteruan
antara mereka dan Allah (Roma 5:10; 2 Korintus 5:20; dll)
4. Ia menebus mereka dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3:13)

Bila Kristus memperdamaikan Esau dengan Allah, bila Ia menjadi kutuk demi Yudas, bila Ia menanggung serita neraka bagi semua orang – dengan kata lain, bila Ia mati bagi semua orang – maka tak akan ada seorangpun yang akan terhilang. Semuanya ditebus dan diperdamaikanNya dengan Allah. Tetapi pernyataan ini bertentangan dengan Alkitab. Karena bila demikian, setiap orang pasti diselamatkan, sedangkan pada kenyataannya, tidak semua orang diselamatkan. Seseorang harus membayar hutang dosa yang dibuat manusia : entah manusia itu sendiri yang membayarnya atau Kristus yang membayarnya bagi manusia.

C. Berdiamnya Roh Kudus di dalam orang percaya
2 Korintus 5:14-15, “Kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” Sekilas tampaknya mendukung konsep mengenai penebusan yang bersifat universal, tetapi pada kenyataannya sangat berbeda.

“Satu orang sudah mati untuk semua orang maka mereka semua sudah mati”, terdapat hubungan yang tak terpisahkan antara “kematian Kristus” dan “kematian semua orang”. Klausa “semua orang sudah mati” tidak mungkin merujuk kepada kematian alamiah dari semua orang, karena kematian Kristus bukan penyebab dari kematian fisik manusia. Melainkan menunjuk kepada kematian secara rohani dari orang-orang percaya (baca Roma 6, di mana Paulus menuliskan bahwa orang-orang percaya telah dibabtiskan ke dalam, atau disatukan dengan, kematian Kristus). Jadi, jelas bahwa semua orang di sini berarti semua orang percaya, bukan semua manusia, kaum reprobat dan kaum pilihan, karena kaum reprobat tidak pernah mati terhadap dosa. Lebih lanjut Paulus menulis bahwa bila orang-orang percaya telah mati terhadap dosa, mereka akan dihidupkan dalam Kristus, kemudian Paulus menyatakan bahwa kasih Kristus kepada orang-orang percaya seharusnya mendorong mereka untuk hidup saleh, bagi “Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”

Ada kesatuan dalam karya ketiga Pribadi Allah Trinitas: antara pemilihan oleh Allah Bapa, penebusan oleh Allah Anak, dan berdiamnya Allah Roh Kudus dalam orang percaya. Karena Allah Bapa mengasihi orang-orang tertentu sejak semula (Roma 8:29), Ia mengutus AnakNya untuk mati bagi mereka. Karena kasihNya, Allah Anak tidak menghilangkan seorangpun yang diberikan Bapa kepadaNya (Yohanes 6:39), melainkan Ia bersedia menjadi kutuk demi domba-dombaNya, umatNya, gerejaNya, mempelai perempuanNya. Ia secara aktual menyelamatkan mereka, menebus mereka dan memperdamaikan mereka dengan Allah Bapa. Kemudian Allah Roh Kudus datang kepada orang-orang yang telah dipilih oleh Allah Bapa dan yang baginya Allah Anak telah mati dan Ia membuat mereka mati terhadap dosa serta membangkitkan mereka secara rohani, yang kita kenal dengan “dilahirkan kembali”. Tujuan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus selaras, dan Mereka bekerja dengan satu tujuan: keselamatan orang-orang yang dikasihi Allah Bapa dengan kasih yang khusus.

ANUGERAH YANG TIDAK DAPAT DITOLAK (Irresistible Grace)

Posted by David Budiono Labels:

I. APAKAH YANG DIMAKSUD ANUGERAH YANG TIDAK DAPAT DITOLAK
A. Anugerah
Anugerah adalah pemberian kepada orang yang tak layak menerima pemberian itu. Sebagai contoh, ada seorang mahasiswa yang lebih tertarik membuat masalah daripada belajar. Ia menggangu perkuliahan, memukul seorang mahasiswa, kemudian bersama kelompoknya membakar perpustakaan, memotong selang-selang pemadam kebakaran, melempari batu polisi-polisi yang bertugas, bahkan membunuh seorang polisi yang sedang bertugas. Pengacau dan pembunuh ini diadili di pengadilan dan dijatuhi hukuman mati. Di dalam penjara, ia terus menunjukkan sikap penuh dendam dan kebencian terhadap orang-orang yang mengusahakan kedamaian, ketertiban dan kebebasan, Tetapi kemudia pemerintah memberinya pengampunan penuh dan bahkan memberinya tunjangan biaya hidup seberas 10 juta rupiah tiap bulan untuk seumur hidup. Ini adalah anugerah: pemberian yang diberikan kepada orang yang tak layak untuk menerimanya.
Hal yang sama sebenarnya terjadi pada kita. Allah menciptakan manusia dalam kebaikan, tetapi kita dengan kehendak kita sendiri memberontak terhadap Allah. Kita layak menerima api neraka yang kekal. Tetapi Allah mengasihi orang-orang pilihanNya, mengutus Yesus untuk mati bagi mereka dan kemudian mengaruniakan Roh Kudus yang menyebabkan mereka menerima pengorbanan yang telah Kristus lakukan bagi mereka. Ia menetapkan anak-anak gampang (tidah sah) itu (Ibrani 12:8) menjadi anak-anakNya dan untuk mewarisi kekayaan yang tak terselidiki. Ini adalah Anugerah. Dan anugerah ini disediakan bagi siapa saja yang mau menerimanya, Bila seseorang mau menerimanya, yang perlu ia lakukan hanya percaya kepada Kristus dan menerima anugerah ini. Ia hanya perlu meminta Kristus untuk menyelamatkan dari dosa-dosanya.

B. Tidak dapat ditolak
Yang dimaksudkan tidak dapat ditolak ialah bila Allah telah memilih orang-orang untuk diselamatkan dan bila Ia memberikan Roh Kudus untuk mengubah mereka dari orang-orang yang penuh kebencian menjadi orang-orang yang penuh kasih, maka tak ada seorangpun yang dapat menahanNya.
Tidak dapat ditolak di sini bisa berarti tidak pernah gagal atau pasti atau efektif. Allah memberikan Roh Kudus untuk bekerja di dalam hidup seseorang agar ia secara pasti diubah dari jahat menjadi baik. Ini berarti bahwa Roh Kudus pasti membuat setiap orang, yang telah dipilih Allah sejak kekekalan dan yang baginya Kristus mati, menjadi percaya kepada Yesus.
Namun Allah selalu melakukannya bagi manusia dengan cara yang disukai manusia. Manusia selalu bebas, ia melakukan apa yang ingin dia lakukan. Ini tidak berarti bahwa manusia mempunyai kehendak bebas – yaitu kemampuan yang sama baiknya untuk memilih yang baik dan yang buruk. Manusia tidak pernah dapat memilih yang baik, Allah dan Kristus karena manusia diperbudak oleh Iblis dan keinginannya sendiri yang penuh dosa. Manusia tidak memiliki kebebasan yang sebenarnya. Menurut naturnya, manusia menyukai dosa dan hal-hal yang hanya akan membawanya kepada kesengsaraan dan hukuman kekal. Dalam anugerah yang tidak dapat ditolak, Allah melahirbarukan orang itu, mengubah naturnya dan secara radikal mengubah karakternya sehingga orang tersebut sungguh menyesali dosa-dosanya dan mengasihi Allah. Dengan hati yang telah diubahkan, ia kini sangat membenci ha-hal yang dulu dilakukannya. Kini Kristus yang terindah baginya dan kekristenan menjadi menarik baginya. Ia secara bebas dan penuh semangat mencari Allah.

C. Pandangan-pandangan yang keliru
Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman berpendapat bahwa manusia mempunyai kebaikan sampai tingkat tertentu, mempunyai kemampuan untuk percaya kepada Kristus. Allah memberikan iman kepada manusia bukan dengan cara yang tidak dapat ditolak. Kata kuncinya adalah “kerja sama”. Allah mengerjakan apa yang menjadi bagian Allah dan manusia mengerjakan apa yang menjadi bagian manusia. Keduanya bekerja bersama.
Menurut pandangan ini, ada satu bagian dari kehidupan manusia di mana Allah tidak akan pernah campur tangan di dalamnya, yaitu kehendak manusia. Allah tak akan pernah membuat manusia menjadi percaya, hanya manusia yang dapat melakukannya. Baik Allah maupun orang lain tidak dapat mengubah kita bila kita tidak mau berubah. Pertama-tama seseorang harus bertobat dan percaya, dan setelah itu barulah Allah melahirkannya kembali.
Menurut pandangan ini, Allah datang dengan pemberitaan Firman, mengaruniakan Kristus dan menawarkan keselamatan. Manusialah yang menjadi faktor penentu, Bila ia tidak menerima Kristus, maka Allah tidak dapat berbuat apa-apa mengenai hal itu. Penyebab seseorang menerima Injil dan yang lain menolaknya adalah karena keputusan orang tersebut. Iman adalah hadiah manusia kepada Allah.
Pandangan yang Alkitabiah bersumber kepada Allah bukan pada manusianya. Bila Roh Kudus bekerja secara tidak dapat ditolak, akan melahirkan kembali manusia sehingga ia mengerti dengan jelas bahwa ia adalah orang berdosa dan memerlukan Allah dan karena itu dia mau percaya dan mau diselamatkan. Tetapi bila Roh Kudus tidak bekerja untuk menyelamatkan orang itu, ia tidak mungkin menjadi percaya karena orang itu telah mati secara rohani, meskipun ia telah berulang kali mendengar pemberitaan Firman atau membacanya sendiri di dalam Alkitab. Jelaslah bahwa yang membuat keputusan di sini adalah Allah, dan iman adalah pemberian Allah kepada manusia.

II. DASAR ALKITAB
A. Kerusakan Total
Semua ilustrasi Alkitab mengenai kelahiran baru, yang mempresuposisikan ketidakmampuan total atau kerusakan total manusia memnunjukan bahwa seseorang tidak dapat menolak tujuan Allah dalam pemilihan.

1. Kebangkitan
Alkitab menyatakan bahwa manusia telah mati di dalam dosa-dosanya. Seseorang yang mati tidak dapat menolak kuasa yang membangkitkan kembali dari Allah. Pada Hari Penghakiman, setiap orang akan dibangkitkan dari kematian. Allah akan membangkitkan setiap orang mati – baik dan jahat, yang percaya dan yang tidak percaya. Mereka tidak dapat menolak untuk dibangkitkan, seperti halnya Allah tidak dapat membatalkan janjiNya untuk membangkitkan semua orang.
Ketika Lazarus berada di dalam kubur dan Kristus memberikan kehidupan kepadanya, ia tidak dapat tetap mati; ia harus keluar dari kubur. Kristus tidak dapat gagal dalam kehendakNya untuk memberi kehidupan kepada Lazarus.
Demikian juga, ketika Allah membangkitkan seseorang dari kematian rohani, orang yang mati secara rohani itu tidak mungkin menolak kebangkitan tersebut. Ia pasti hidup. Ia tidak dapat berbuat apapun mengenai hal itu.

2. Kelahiran baru
Ilustrasi kedua mengenai karya Allah dalam hati manusia ialah kelahiran. Jelaslah merupakan suatu hal yang bodoh untuk mengatakan bahwa seorang bayi tidak mau dilahirkan. Manusia tidak dapat memilih dalam hal dilahirkan. Hal itu berada di luar kuasanya. Seseorang yang masih belum ada (belum mempunyai eksistensi) tidak dapat menolak untuk dikandung serta dilahirkan.
Begitu juga, merupakan hal yang menggelikan bila kita mengatakan bahwa ada orang yang menolak untuk dilahirkan kembali secara rohani. “Angin bertiup ke mana ia mau… Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yohanes 3:8).

3. Ciptaan baru
Ilustrasi lain dari kelahiran kembali ialah penciptaan (2 Korintus 5:17; Galatia 6:15; Efesus 2:10). Tidak ada ciptaan yang menolak untuk diciptakan. Sebelum penciptaan tidak ada eksistensi lain kecuali Allah. Ketika Allah memutuskan untuk menciptakan alam semesta ini, tidak ada sesuatupun yang dapat berkata kepadaNya “Saya tidak mau diciptakan”, karena tidak ada apapun yang dapat mengucapkan satu patah katapun. Semuanya diciptakan seturut keputusan Allah.
Begitu juda dalam penciptaan secara rohani, tak seorangpun dapat melawan Allah. Secara rohani Allah menciptakan orang-orang menjadi ciptaan baru seturut kehendakNya. Dan tak ada yang dapat menolakNya.

4. Buatan
Paulus menulis bahwa kita adalah “buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukanpekerjaan baik” (Efesus 2:10). Setiap ilustrasi Alkitab mengenai kelahiran kembali bukan saja mengajarkan tentang kerusakan total manusia dan ketidakmampuan manusia untuk melakukan yang baik, tetapi juga ketidakmampuan manusia untuk meolak karya Roh Kudus.
Paulus mengatakan: “Betapa hebat kuasaNya bagi kita yang percaya” (Efesus 1:19). “Kuasa yang ada di dalam kita ini”, demikian dilanjutkan oleh surat Ibrani, “adalah kuada yang digunakanNya ketika Ia membangkitkan Kristus dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kananNya di sorga”. Ayat-ayat ini meneguhkan karya yang penuh kuasa yang dikerjakan oleh Allah di dalam kita.

B. Pemilihan tanpa syarat
Kepastian dari pemilihan Allah berarti bahwa Roh Kudus bekerja secara pasti dan bahwa Roh Kudus menggenapkan apa yang sudah menjadi penetapan Allah sejak semula. Tanpa anugerah yang tidak dapat ditolak dari Allah, maka tidak akan ada penetapan sejak semula maupun pemilihan.

1. Yohanes 6:37, 44
“Semua yang diberikan bapa kepadaKu akan datang kepadaKu dan barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan Kubuang…. Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” Bapa akan menarik merekan dan Yesus akan membangkitkan mereka pad akhir zaman. Orang-orang yang diberikan Bapa kepada Yesus juga tidak dapat menolak Bapa yang menarik merekan. Setiap orang yang telah diberikan oleh Bapa yang mahakuasa kepada Yesus akan datang kepada Yesus. Ini merupakan kepastian, bukan suatu ketidakpastian. Ini sepasti perkataan Yesus.

2. Yohanes 10:16
“Ada lagi padaKu domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengar suaraKu dan mereka akan menjadi satu kawanan sengan satu gembala”. Yesus akan menyelamatkan semua domba-dombaNya tanpa gagal. Beberapa dombanya ada di dalam kandang dan yang lain tidak. Ia melakukannya dengan memberikan Roh Kudus untuk bekerja di dalam hidup domba-domba itu dan menarik mereka tanpa dapat ditolak untuk masuk ke dalam kelompok domba yang digembalakanNya, sehingga semuanya menjadi satu kawanan domba dengan satu gembala.

3. Roma 8:29-30
“Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya.”
Paulus dengan jelas menyatakan bahwa ada rangkaian peristiwa yang tidak dapat diubah, yang dimulai dengan kasih yang kekal dari Allah kepada kaum pilihan. Rencana Allah tidak pernah gagal. Finalitas dan kepastian ini hanya dapat terpenuhi bila Allah berkarya secara tidak dapat ditolak di dalam hidup orang-orang yang dikasihiNya terlebih dahulu. Orang-orang yang telah dikasihi terlebih dahulu oleh Allah, ditetapkan terlebih dahulu olehNya. Lalu dipanggilNya supaya mereka menjadi percaya, selanjutnya mereka dibenarkanNya (dinyatakan sebagai orang yang benar) dan dipermuliakanNya.

C. Penebusan terbatas
Alkitab mengajarkan bahwa sejak kekekalan, Allah telah mengasihi orang-orang tertentu, dan karena itu, Ia mengutus AnakNya untuk mati bagi mereka. Sebagaimana yang telah kita ketahui, Yesus telah mati bagi mereka secara aktual. Ia tidak hanya secara pura-pura menghapus dosa-dosa mereka. Ia tidak hanya secara teori turun ke alam maut bagi mereka, Ia secara aktual menganggung dosa-dosa mereka dan menghapus kesalahan-kesalahan mereka. Yesus sungguh menyelamatkan dan menggantikan mereka.
Bila Kristus secara aktual telah membebaskan mereka dari dosa, dan bila keselamatan diperoleh hanya dengan iman, maka Allah perlu mengaruniakan Roh Kudus ke dalam hidup mereka supaya merekan dapat menerima keselamatan yang telah dikerjakan di atas salib bagi mereka. Roh Kudus harus bekerja dengan cara yang tidak dapat ditolah. Penerimaan akan kristus tidak dapat diserahkan secara sebagian pada manusia, karena bila demikin, maka semua orang akan menolak Kristus dan penebusan yang dilakukan oleh Kristus akan sia-sia. Di sini kita melihat bahwa penebusan terbatas menunjuk kepada karya Roh Kudus yang tidak dapat ditolak.

Mari kita bersyukur kepada Allah untuk anugerahNya yang tidak dapat ditolak. Tanpa anugerah ini, tak seorangpun dapat diselamatkan.
Ada saat-saat di mana Allah mengijinkan manusia mengalami kesusahan seperti kemiskinan, penghinaan, penyakit, atau kesepian. Bila seseroang berada dalam kesusahan, wajar bila ia meminta pertolongan kepada orang lain, dan wajar bila kiata menganggap bahwa manusia yang dalam kesusahan akan datang kepada Allah. Tetapi manusia sudah begitu rusak sehingga ia tidak akan pernah datang kepada Allah kecuali bila Roh Kudus mengubah hatinya.
Ada saat Allah memberkati seseorang dengan begitu banyak berkat di dunia sehingga kita menggap bahwa bila orang itu mempunyai setitik saja rasa terimakasih, ia akan datang kepada Allah, sumber dari dari segala berkat yang telah diterimanya. Tetapi pada kenyataannya, ada orang-orang yang tak pernah hidup kekurangan dan memiliki kesehata prima, menjadi tak acuh serta keras hati terhadap Allah dengan semakin banyaknya berkat yang mereka terima. Itu karena, Roh Kudus tidak bekerja di dalam hidup mereka.
Bahkan ada orang-orang yang sudah melihat mujizat-mujizat Allah tetapi tidak menjadi percaya, karena Roh Kudus tidak ada dalam hidup mereka. Ini terjadi ketika orang-orang Farisi melihat Anak Allah mencelikkan mata orang buta, tetapi kemudian mereka menyebut Dia Beelzebul (Matius 12:24).
Atau seseorang dapat saja mendengar khotbah mengenai Hari Penghakiman tetapi mentertawakan dan mengolok-olok pengkhotbahnya, seperti yang terjadi pada masa Nuh.
Karena itu kita sungguh patut bersyukur kepada Allah untuk anugerahNya yang tidak dapat ditolak. Tanpa anugerah ini manusia tidak akan dapat diselamatkan. Allah memberikan anugerahNya yang tidak dapat ditolak, yang mengatasi dan mangalahkan kerusakan total orang berdosa, melahirkan kembali orang tersebut dan membuatnya menjadi percaya.
Hal ini dialami oleh Paulus. Ia dulu begitu membenci Allah sehingga ia selalu berusaha memasukkan orang-orang yang percaya kepada Kristus ke dalam penjara. Tetapi dalam perjalanan menuju Damsyik untuk melaksanakan misinya yang penuh kebencian itu, Allah datang kepadanya dengan cara yang tidak dapat ditolak. Paulus benar-benar ditaklukkan di dalam peristiwa itu. Ia tidak dapat berbuat lain kecuali percaya kepada Kristus. Ini adalah anugerah yang tidak dapat ditolak. (baca juga Kisah Para Rasul 16:14).
Tanpa sedikitpun mengingkari kebenaran dari anugerah yang tidak dapat ditolak, kita juga perlu mengetahui bahwa Alkitab tidak menghendaki kita berpikir dengan alur yang tidak alkitabiha, lalu berkata “ Saya akan menunggu Roh Kudus menggerakkan saya, baru saya percaya”. Alkitab tidak mengajarkan demikian. Alkitab memberikan hanya satu perintah “Percayalah kepada Tuhan Yesus”. Bila kita percaya, maka kita dapat mengetahui dari seluruh pengajaran Alkitab bahwa hal itu terjadi karena Allah yang mengerjakan di dalam kita, baik kemauan dan pekerjaan menurut kerelaanNya (Filipi 2:13). Karena itu, bila kita percaya, bersyukurlah kepada Tuhan yang menyebab-kan kita menjadi percaya.

KETEKUNAN ORANG-ORANG KUDUS (Perseverance of The Saints)

Posted by David Budiono Labels:

I. DEFINISI
A. Sekali diselamatkan, selamanya diselamatkan
Sekali diselamatkan, selamanya diselamatkan; ini merupakan penjelasan yang paling sederhana dan singkat mengenai ketekunan orang-orang kudus. Ketekunan orang-orang kudus merupakan salah satu pengajaran yang teragung dalam Alkitab; sekali kita percaya, kita tidak akan terhilang. Kita tidak akan pernah masuk neraka. Kristus akan selalu menjadi Juruselamat kita. Nasib seseorang dalam kekalan ditetapkan satu kali untuk selamanya sehingga ia tidak harus mencemaskan nasibnya lagi.

B. Ketekunan orang-orang kudus
Istilah ketekunan orang-orang kudus menekankan bahwa orang-orang Kristen – orang-orang kudus, sebagaimana yang disebut oleh Paulus dalam surat-suratnya – akan bertekun dalam mempercayai Kristus sebagai Juruselamat mereka. Mereka akan merasa yakin, kemudian ragu-ragu, tetapi mereka akan terus percaya untuk selamanya. Karena itu, mereka akan tetap diselamatkan.

C. Ketekunan Allah
Kita dapat menggunakan istilah lain untuk menjelaskan kebenaran ini, yaitu ketekunan Allah. Karena sesungguhnya, ketekunan orang-orang kudus bergantung pada ketekunan Allah. Karena Allah bertekun di dalam kasihNya kepada gereja, gereja bertekun di dalam kasihnya kepada Allah.

Allah tidak hanya mebciptakan seluruh alam semesta ini, tetapi Ia juga menopangnya. Bila Allah menarik kuasaNya hanya satu detik saja, maka seluruh alam semesta akan hancur dan kembali menjadi kekosongan seperti sebelum penciptaan. Allah yang mencipta dan menopang seluruh alam semesta. Hal ini juga terjadi dalam kehidupan rohani kita. Allah bukan menciptakan kita kembali, tetapi setiap saat Ia memelihara agar kita tetap hidup secara rohani. Bila Ia mengambil Roh KudusNya dari kita satu detik saja, maka kita juga akan hancur ke dalam keadaan kita yang rusak seperti sebelum kita menjadi percaya.

Demikianlah ketekunan Allah terus berlanjut merupakan dasar dari ketekunan orang-orang kudus.

D. Pemeliharaan terhadap orang-orang kudus
Bila ketekunan orang-orang kudus menekankan pada keaktifan orang-orang Kristen, maka pemeliharaan orang-orang kudus menekankan pada keaktifan Allah. Ketekunan orang-orang kudus menyatakan bahwa orang-orang Kristen melakukan sesuatu dan ketekunan Allah menyatakan bahwa Allah melakukan sesuatu. Pemeliharaan terhadap orang-orang kudus menekankan bahwa orang-orang kudus dipelihara oleh Allah. Mereka dipelihara dan dilindungi sehingga tidak ada yang dapat mengambil mereka dari tangan Allah.

E. Jaminan kekal
Orang yang sungguh-sungguh menaruh kepercayaan di dalam Kristus sebagai Juruselamatnya, sudah aman di dalam tangan Tuhan Yesus. Tidak ada yang dapat mencelakakannya. Ia pasti masuk sorga. Dan ini untuk selamanya. Ia memperoleh jaminan yang berlaku untuk seterusnya, bukan hanya untuk sementara. Ia memiliki jaminan kekal.

Sejumlah orang Kristen yang sungguh-sungguh beriman berpendapat bahwa seseorang yang sudah sungguh-sungguh dilahirkan kembali, yang diselamatkan oleh kematian Yesus, dapat kehilangan imannya, dan dengan demikian, akan masuk ke dalam neraka. Menurut mereka, hal seperti ini dapat terjadi : seseorang masuk, keluar, masuk lagi, keluar lagi; saat ini diselamatkan, si saat lain terhilang; sekarang anak Allah, di saat lain anak Iblis; sekarang rohaninya hidup, di saat lain rohaninya mati. Dengan begitu, menurut pendapat ini, siapakah yang dapat memastikan bagaimana keadan terakhirnya?

II. DASAR-DASAR ALKITAB
A. Pemilihan tanpa syarat
Pemilihan Allah berarti bahwa sejak kekekalan Allah telah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan. Ia telah menetapkan dengan kepastian ilahi bahwa mereka akan masuk sorga. Bila ada kemungkinan bahwa seseorang yang dipilih Allah dapat terlepas dari imannya yang semula setelah orang itu menjadi percaya, maka berarti pemilihan Allah tidak ada. Pemilihan Allah berarti Allah telah menetapkan sejak semula bahwa orang-orang pilihanNya pasti diselamatkan. Mereka tidak mungkin binasa. Ini dimaksudkan dengan ketekunan orang-orang kudus (Roma 8:29-30). Tidak ada yang memisahkan orang-orang pilihan Allah dari kasih Kristus kepada mereka, baik penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya maupun pedan. Tak satupun, karena dalam semuanya itu, orang-orang Kristen lebih dari orang-orang yang menang oleh Dia yang telah mengasihi kita (Roma 8: 35-37). Lebih lagi, tidak ada yang memisahkan orang-orang Kristen dari kasih Allah (Roma 8:38-39). Inilah ketekunan orang-orang kudus. Sama sekali tidak ada yang dapat memisahkan orang-orang percaya dari kasih Allah kepadanya, baik dulu, sekarang maupun pada masa yang akan datang.

Juga mengenai iman, iman bukan pemberian manusia kepada Allah, melainkan karunia Allah kepada manusia, maka orang yang sudah diselamatkan Allah tidak akan pernah kehilangan imannya. Hal ini dapat dipastikan karena Allah tidak pernah berubah. “Aku, TUHAN, tidak berubah” (Maleakhi 3:6). “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selamanya” (Ibrani 13:8). Allah tidak berganti pikiran secara tiba-tiba atau melakukan perubahan secara tak terduga. Ia mengetahui dari awal sampai akhir. Ia bertekun di dalam kasihNya. Ia tetap dan tidak berubah. Filipi 1:6, “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”. Inilah ketekunan orang-orang kudus. Ketekunan orang-orang kudus tergantung pada ketekunan Allah.

Allah tidak bekerja dengan cara mengaruniakan anugerah keselamatan kepada kita karena Ia telah melihat terlebih dahulu bahwa kita akan menjadi baik dan percaya kepada Kristus. Alasan yang membuat Allah mengasihi kita hanya terdapat pada diriNya, bukan pada diri kita. Dan karena penyebab kasihNya adalah di dalam Dia dan bukan di dalam kita. Di dalam kita tak ada satu hal apapun, sekecil apapun yang dapat membuat kita layak dikasihi Allah. Demikianlah kita melihat bahwa doktrin Alkitab mengenai ketekunan orang-orang kudus didasarkan pada kasih Allah yang kekal kepada orang-orang pilihanNya.

B. Penebusan terbatas
Galatia 3:13, Kristus sungguh-sungguh mengalam siksa neraka ketika Ia disalibkan dan Ia menjadi pengganti yang riil – bukan hanya secara teori – untuk menangung dosa-dosa umatNya, dari dahulu, sekarang, dan masa yang akan datang, maka umatNya tidak mungkin masuk neraka serta dihukum karena dosa-dosa mereka. Kristus telah dihukum sebagai ganti mereka. Hal ini menunjukkan ketekunan orang-orang kudus.

Roma 8:33-34, Paulus menyatakan hal yang sama. Ia menuliskan sebelumnya bahwa Kristus diserahkan bagi kita semua, yaitu orang-orang pilihan Allah. Ini menyatakan penebusan terbatas. Karena itu, tanya Paulus kemudian: “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati bagi mereka?” Penebusan yang dilakukan Kristus memberikan satu dasar lagi untuk menguatkan keyakinan orang-orang Kristen bahwa semua orang – untuk siapa Kristus mati – pasti diselamatkan. Ini adalah ketekunan orang-orang kudus.

C. Hidup yang kekal
Salah satu argumen Alkitab yang paling kuat yang berbicara tentang jaminan kekal terdapat dalam istilah “hidup yang kekal”. Alkitab menggunakan istilah ini secara konsisten.

“Karena begitu besar kasih Allah akan unia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya, tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal” (Yohanes 3:16)
“Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:36)
“Barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum” (Yohanes 5:24)
“Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yohanes 5:13)

Perhatikanlah bahwa bentuk dan waktu yang digunakan untuk kata “mempunyai” adalah waktu sekarang, bukan waktu yang akan datang. Setiap orang yang membaca ayat-ayat ini, sekarang juga, tanpa perlu menunggu sedetikpun, bisa memiliki hidup yang kekal. Yesus mengatakan demikian. Yang harus dilakukan hanyalah meminta Yesus menjadi Juruselamat kita dengan sepenuh hati.

Yang perlu kita perhatikan kemudian adalah hidup “yang kekal”, ini berarti hidup ini adalah untuk selamanya, atau satu kali diselamatkan, untuk seterusnya diselamatkan, selalu, selamanya diselamatkan. “Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia tidak akan binasa”, Yesus mengatakan, “Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (Yohanes 6:51). “Aku adalah kebangkitan dan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya” (Yohanes 11:25-26)

Bersyukurlah kepada Allah untuk hidup kekal yang dikaruniakanNya kepada kita.

D. Yohanes 6:39
“Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”

Ini merupakan kepastian. Dan pada ayat 44 Yesus mengatakan, “Ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” Kata “akhir zaman” berarti hari terakhir di dunia, hari penghakiman. Dengan kata lain, semua orang yang datang kepada Yesus akan dibangkitkan pada akhir zaman untuk dibawa ke sorga. Tak ada satupun dari mereka yang hilang. Inilah ketekunan orang-orang kudus.

E. Yohanes 10:28-29
Ketika berbicara mengenai domba-dombaNya, Yesus berkata, “Dan Aku memberikan hidup kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu. BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar daripada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.” Marilah kita melihat urut-urutan fakta yang dinyatakan oleh Yesus.

1. “Hidup Kekal”
Satu istilah ini saja cukup membuktikan ketekunan orang-orang kudus. Karena bila seseorang meninggalkan iman setelah ia menjadi percaya, maka hidup yang Yesus jenjikan baginya bukanlah hidup kekal, melainkan hidup yang sementara. Tetapi Yesus mengatakan bahwa Ia memberi hidup yang kekal.

2. “Mereka pasti tidak akan binasa”
Yesus mengatakan bahwa mereka pasti tidak akan binasa. Bukti ketekunan orang-orang kudus tidak bisa lebih jelas dari kata-kata Yesus ini. Bila seandainya ada ‘Thomas’ masa kini yang masih merasa ragu-ragu, perhatikanlah fakta ketiga yang menyingkirkan semua kekhawatiran yang masih tertinggal.

3. “Seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu”
Betapa pasti pernyataan yang Yesus berikan! Tidak ada seorangpun yang dapat menyebabkan domba-dombaNya terhilang selamanya. Tentunya tidak perlu ada keraguan lagi mengenai pengajaran Yesus tentang jaminan kekal. Ketiga pernyataan Yesus di atas sungguh jelas dan pasti. Tetapi agar sama sekali tidak terjadi kesalahpahaman, Yesus memberikan fakta yang keempat.

4. “BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar daripada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”
Bapa mahakuasa. Ia lebih besar dan lebih kuat daripada semua manusia dan Iblis. Maka kesimpulan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa tidak ada yang dapat merebut domba-domba Allah dari tanganNya. Ini merupakan kesimpulan yang sangat kuat dan menegaskan fakta pemeliharaan terhadap orang-orang kudus. Bila setelah mengetahui semua ini, masih ada yang merasa ragu tentang jaminan kekal, maka ia sama seperti orang buta.

F. Efesus 1:13-14
“Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injul Keselamatan – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. Dan Roh Kudus ini adalah jaminan bagian kita.” Roh Kudus merupaka meterai dari Allah – bagi orang-orang percaya yang mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah milik Allah dan meterai. Roh Kudus melindungi orang-orang percaya sari segala gangguan.

Damal Efesus 1:13-14 dan Efesus 4:30, Paulus mengatakan bahwa pemeteraian ini berlaku terus sampai pada hari penyelamatan. Roh Kudus menjadi jaminan bahwa orang-orang percaya tidak akan terhilang.

G. 1 Petrus 1:4-5
“Untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa,… yang tersimpan di sorga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”. Orang percaya dipelihara dalam “kekuatan Allah”. Kata “pelihara” yang digunakan dalam bahasa aslinya sama dengan kata yang berarti penjagaan dan perlindungan sebuah kota oleh pasukan tentara (2 Korintus 11:32).

Demikianlah kita dapat mengimani bahwa pemeliharaan Allah atas orang-orang kudus tidak hanya untuk sementara (untuk jangka waktu tertentu), tetapi untuk seterusnya sampai hari terakhir.

III. KEBERATAN-KEBERATAN UMUM
A. Bukankah kita pernah mengetahui tentang orang-orang yang pada suatu saat pernah menyatakan imannya kepada Kristus? Mereka ikut kebaktian di gereja, membaca Alkitab, berdoa dan sungguh-sungguh menjalani hidup kristiani. Kemudian terjadi sesuatu dan mereka perlahan-lahan menjauhi imannya sampai akhirnya tidak mau lagi berhubungan dengan gereja, Kristus, dan Allah. Bukankah kasus-kasus nyata seperti ini menunjukkan bahwa paham mengenai ketekunan orang-orang kudus itu keliru?

Di dalam menjawab kebaratan-keberatan di atas, kita akan membahas jawaban kita menjadi dua bagian.

1. Orang-orang Kristen
Memang benar bahwa orang-orang Kristen dapat mengalami kemunduran iman. Kita semua tentu pernah mengalaminya sendiri sampai tingkat tertentu.Ada saat di mana kita merasa tidak berada dekat Allah sebagaimana seharus-nya. Dan ada orang-orang Kristen yang melakukan hal-hal yang sungguh buruk, sehingga kita hampir tidak menyangka kalau mereka orang Kristen. Kita membaca tentang perzinahan dan pembunuhan yang dilakukan Daud, penyangkalan terhadap Kristus oleh Petrus, dan bagaimana Paulus melakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

Doktrin “ketekunan orang-orang kudus” tidak mengajarkan bahwa orang-orang Kristen tanpa dosa. Alkitab menyatakan bahwa orang-orang Kristen masih mungkinjatuh ke dalam dosa dan ada yang mengalami kemunduran iman yang sangat besar. Tetapi bila ia sungguh telah dilahirkan kembali, bila Roh Kudus sungguh ada di dalam dia, membuat dia menjadi percaya, maka Roh Kudus merupakan jaminan dari bagian yang nanti akan diterimanya secara penuh, Maka ia sungguh memiliki hidup yang kekal, yang berarti bahwa ia diselamatkan untuk selama-lamanya.

Alkitab tidak menjanjikan bahwa kehidupan orang-orang Kristen selalu seperti garis lurus yang menuju ke atas. Tetapi hidup orang Kristen lebih menyerupai seorang anak laki-laki yang sedang mendaki sebuah bukit salju. Ia berulang kali tergelincir karena licinnya salju itu, tetapi ia berhasil mencapai puncak bukit.

Paulus mengakui fakta mengenai naik turunnya kehidupan Kristen ini, tetapi juga mengakui ketekunan orang-orang kudus, ketika dalam bagian yang sama dari surat Roma ia menulis tentang dosa-dosa yang menyedihkan yang masuk ke dalam kehidupan seorang Kristen, tetapi kemudian ia juga menyatakan “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa” (Roma 6:14). Dengan kata lain, seorang Kristen mungkin saja mengalami kekalahan sementara, tetapi dosa tidak akan dapat menguasainya lagi. Akan selalu ada perjuangan melawan dosa meskipun ia lemah. Perjuangan ini selalu ada karena Allah tidak mengambil Roh KudusNya dari orang-orang percaya. Kenyataan bahwa orang percaya masih berjuang melawan dosa dan bahkan dapat jatuh ke dalam dosa, tidak berarti bahwa pada suatu saat Allah akan meninggalkan dia sehingga ia dikuasai oleh dosa lagi. Paulus telah menyatakannya dengan jelas: “Sebab kamu tidak akan dikuasai laghi oleh dosa.”

Jadi jawaban pertama terhadap masalah orang-orang yang tampak menyimpang dari iman Kristen adalah bahwa kemunduran-kemunduran iman yang kita lihat itu hanyalah kemunduran sementara dari seorang percaya yang sedang tersandung dalam perjalannya, yang oleh anugerah Roh Kudus akan kembali sepenuhnya kepada iman yang kelihatannya seolah-olah telah ia tinggalkan.

2. Orang-orang non Kristen
Jawaban kedua ialah bahwa orang-orang yang meninggalkan imannya itu mungkin memang bukan orang Kristen. Bukan setiap orang yang berseru “Tuhan, Tuhan” adalah orang Kristen. Ada yang beribadah secara lahiriah, tetapi memungkiri Injil (2 Timotius 3:5). Bahkan ada juga yang seperti Yudas, dapat menga-barkan Injil dan mengadakan mujizat, tetapi tidak beroleh keselamatan. Ada orang lain yang terlihat seperti malaikat terang, tetapi sebenarnya adalah hamba Iblis (2 Korintus 11:14). Ada orang-orang yang nantinya berkata: “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi NamaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga?” Tetapi Yesus akan berkata kepada mereka: “Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:22-23)

Kasus-kasus ini merupakan peringatan bagi kita bahwa kita harus berusaha sungguh-sungguh supaya penggilan dan pilihan Tuhan atas kita makin teguh (2 Petrus 1:10). Seseorang bisa saja menjadi anggota gereja, dibaptiskan dan mengambil bagian dalam perjamuan kudus, tetapi berjalan menuju ke neraka. “Tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel” (Roma 9:6). Kita harus benar-benar memastikan bahwa kita sungguh dilahirkan kembali, bahwa kita sungguh-sungguh menyesali dosa-dosa kita, dan bahwa kita sungguh-sungguh meminta Kristus menjadi Juruselamat kita.

Demikianlah kita melihat bahwa kejadian-kejadian aktual dalam sejarah tentang orang-orang yang undur dari imannya tidak membatalkan pengajaran Alkitab mengenai pemeliharaan Allah atas orang-orang kudus. Karena orang-orang yang undur tersebut bisa juga merupakan orang-orang Kristen yang untuk sementara melemah imannya tetapi akan kembali sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus, atau bisa merupakan orang-orang yang kelihatannya percaya, tetapi, sebenarnya memang belum pernah dilahirkan kembali. Karena Alkitab dengan jelas mendukung pernyataan “sekali diselamatkan, tetap diselamatkan.”

B. Bukankah kepercayaan terhadap doktrin ketekunan orang-orang kudus akan menyebabkan sebagian orang hidup sesukanya? Tidakkah mereka akan berpikir bahwa jika mereka telah diselamatkan untuk selamanya dan tidak akan pernah bisa terhilang, karena itu, mereka dapat melakukan apa saja yang mereka kehendaki? Mereka bisa hidup di dalam dosa, karena mereka tetap diselamatkan?
Orang-orang yang berpikiran seperti itu tidak menunjukkan bahwa ia seorang Kristen dan bila ia tetap berpegang kepada pendapat di atas, ia tidak akan masuk sorga, melainkan neraka, karena orang Kristen yang telah dilahirkan kembali tidak mungkin bersikap demikian. Roh Kudus tidak akan membiarkan dia bersikap demikian. Bila Allah telah memulai pekerjaan baik di dalam diri seseorang, Ia tidak akan menyerahkan orang itu kepada dosa. “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa” (Roma 6:14). Mengatakan bahwa orang Kristen dapat melakukan apa saja yang diinginkan oleh kehendak lamanya yang penuh dosa merupakan suatu kontradiksi. Bila Allah mempredestinasikan seseorang, Ia mempredestinasikan orang tersebut kepada kekudusan, bukan kepada kecemaran (Efesus 1:4). Bila seseorang mengatakan bahwa apapun yang dilakukannya tidak menjadi masalah karena Allah telah mempredestinasikan dirinya, maka ia tidak dapat berkata bahwa ia telah dipredestinasikan; karena orang yang telah dipredestinasikan tidak akan pernah bertindak dengan cara yang berdosa.

Keselamatan tidak pernah hanya berarti dibebaskan dari kesalahan karena dosa tetapi dibebaskan dari kuasa dosa. Tidak mungkin seorang diselamatkan dari kesalah karena dosa tanpa diselamatkan juga dari kuasa dosa.

Ketekunan orang-orang kudus berarti bahwa orang-orang kudus akan bertekun dalam iman mereka. Dan iman itu sendiri adalah penyesalan atas dosa serta pertobatan dari dosa. Bila seseorang tidak menyesali dosa-dosanya, melainkan menyerah terhadap dosa-dosanya, maka sebenarnya sudah sejak awalnya ia tidak beriman, dan dengan demikian, ia tidak diselamatkan.

Istilah “pemeliharaan atas orang-orang kudus” berarti bahwa Allah akan memelihara, melindungi, dan menjaga mereka menuju keselamatan yang siap untuk dinyatakan pada akhir zaman. Keselamatan ini tidak berarti bahwa mereka diselamatkan dari neraka tetapi sekarang boleh berbuat dosa sesukanya. Keadaan seperti ini adalah sama dengan membawa neraka ke sorga dan merupakan hal yang tidak mungkin terjadi.

Lebih lanjut justru bila seorang Kristen sungguh-sungguh memahami kebenaran Alkitab mengenai ketekunan orang-orang kudus, ia tidak akan mengarah kepada dosa, melainkan ia akan mengarah kepada kekudusan. Karena ia ingin bersyukur kepada Allah yang memelihara dia sehingga tetap di dalam iman, dan cara terbaik untuk menyatakannya adalah dengan menaati hukum-hukum Allah. Pada waktu seorang Kristen menyadari bahwa pada dasarnya ia bukan seorang yang baik, tetapi bahkan memiliki natur yang membenci Allah, pada saat ia menyadari lebih jauh bahwa iman yang ia miliki adalah pemberian Allah, dan bahwa satu-satunya sebab yang membuat ia bertekun dalam iman kepada Allah karena Allah bertekun dalam mengaruniakan Roh Kudus dalam hidupnya, maka ia tidak akan mau berbuat dosa, melainkan ia ingin menyatakan syukur kepada Allah yang tidak pernah menghentikan pekerjaan baik yang telah Ia mulai di dalam dirinya (Filipi 1:6).

Dengan demikian, maka pernyataan bahwa doktrin ketekunan orang-orang kudus dapat mengakibatkan orang Kristen makin berdosa adalah sungguh karikatur yang keliru. Yang terjadi kebalikannya.

Pengajaran mengenai kenyataan “sekali diselamatkan, selamanya diselamatkan” merupakan salah satu pengajaran Alkitab yang teragung. Jangan sampai ada yang merebut sukacita kita karena mengetahui bahwa kita diselamatkan untuk selamanya. Sungguh besar berkat yang kita peroleh karena keputusan yang ditetapkan satu kali untuk selamanya mengenai destini kekal kita. Betapa baiknya untuk dapat menyerahkan hidup kita kepada Kristus, serta untuk mengetahui bahwa segera setelah kita melakukannya, kita akan tetap diselamatkan dan akan dijaga oleh kuasa Allah sampai pada keselamatan yang sempurna yang akan dinyatakan pada saat kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Pujilah Allah sumber segala berkat. Pujilah Allah Bapa untuk kasihNya yang telah memilih kita. Pujilah Allah Putra untuk kematianNya yang menebus kita. Pujilah Anak Roh Kudus untuk karyaNya yang tak dapat ditolak di dalam kita. Pujilah Allah Trinitas untuk pemeliharaanNya atas kita hingga akhir. Haleluya!